Bahagia

Oleh:Yupiter Sulifan

Sayup-sayup terdengar syair lagu Bahagia yang dilantunkan Happy Asmara, ”...Biarlah yang fahami, Hanya diriku saja, Ku tetap berdoa, Agar kau bahagia, Agar kau bahagia...” 

Entah kenapa sore itu saya lagi senang, bahagia mendengarkan syair lagunya Happy Asmara tadi. Dan, ini berlanjut mendengarkan lantunan Asal Kau Bahagia-nya Armada,”...Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia, Aku punya ragamu tapi tidak hatimu, Kau tak perlu berbohong, Kau masih menginginkannya, Ku rela kau dengannya, asalkan kau bahagia...”

Kata bahagia yang menjadi judul dua lagu tadi seolah memberi inspirasi saya untuk menulis secuil artikel tentang “bahagia”. Dan, artikel ini untuk memenuhi kewajiban (lebih eloknya memenuhi kebutuhan) setor tulisan di grup WA Penggerak GBL 2024 setiap tanggal 22 tiap bulannya.

Bahagia itu urusan hati dan bagi para filsuf, ini satu kajian yang menarik untuk diulas. Seperti yang dikatakan Buddha Gautama bahwa tidak ada jalan menuju kebahagiaan: kebahagiaan adalah jalannya.

Socrates mengatakan, rahasia kebahagiaan tidak ditemukan ketika kita mencari sesuatu lebih banyak, tetapi dalam mengembangkan kemampuan untuk menikmati yang lebih sedikit. 

Plato mengutarakan bahwa orang yang membuat segala sesuatu untuk kebahagiaan bergantung pada dirinya sendiri dan bukan pada orang lain, dia telah membuat rencana terbaik untuk hidup bahagia. Dan Aristoteles murid Plato mengungkapkan, kebahagiaan bergantung pada diri kita sendiri. 

Baiklah, saya tidak akan berfilsafat bermain kata-kata bermuluk-muluk. Membumi dan kembali ke grup WA Penggerak GBL 2024. Tepatnya tanggal 10 Mei lalu, sebuah catatan pak Tirto:

"Seorang buruh pabrik begitu lepas canda-tawanya saat menikmati makan siang di jeda istirahat. Sementara, seorang pemilik pabrik yang tinggal di rumah mewah, selalu terlihat sibuk dan tergesa di tengah padatnya agenda. Ternyata bahagia itu tidak selalu sama dan sebangun dengan kepemilikan akan tahta ataupun harta. Kebahagiaan hakiki itu terlahir dari seberapa seseorang itu merasa cukup (qanaah) dan ungkap syukur atas pemberian yang diberikan oleh-Nya"  

Ada kata bahagia dan kebahagiaan disitu, ini memicu pak Makhrus berkomentar : bahagia tak harus mahal dan tak perlu tinggi kedudukan, karena syarat bahagia ternyata memang mudah. barokallah inspirasinya Abah @Pena P Tirto 🙏😊.

Bu Lilik menimpali, Alhamdulillah, Benar sekali bapak, Kebahagiaan berada dimana saja, tidak memandang tempat dan derajat ,🙏 kebahagiaan akan hadir seiring rasa syukur di sanubari.

Bu Liza turut nimbrung, luar biasa... bahagia itu dirasakan dengan cara yang berbeda ... Kata kuncinya merasa cukup dan rasa syukur.

Bu Ariyani Purwaningsih bertutur, bahagia itu sejatinya sederhana, yang bikin rumit itu pikiran kita sendiri dengan indikator-indikator yang ditetapkan masing-masing.

Tetiba, pak M. Hari Purnomo Hadi berseloroh, sangat setuju Bapak👍🙏. Bersyukur kunci bahagia. Juga tidak membandingkan diri dengan orang lain. Jika pun ingin lebih baik. Maka lebih baik dari diri kita sebelumnya 🙏🙏.

Disambung oleh pak Bambang Al Blitary dengan menulis, kata kuncinya adalah Qona-ah. Bu Siti Aminah pun bersuara, enggih sepakat Bapak bahwa bahagia itu sesederhana sekali serta mensyukuri apa yang ada, yang membuat rumit diri kita sendiri 🪷.

Dan postingan tentang bahagia ini ditutup oleh sajian kopi dari Cikgu Insiah, bahagia itu sederhana ...Monggo ngopi.

Kebahagiaan adalah puncak emosi baik dalam diri manusia. Orang yang bahagia berarti telah melewati fase-fase menyulitkan dalam hidupnya. Biar tidak tambah pusing membaca tulisan tentang bahagia ini, mari kita bersepakat bahwa kalau ingin bahagia, kata kuncinya adalah : Menulislah...Yuuuhuuuuuu...😘


Biodata Penulis:

Yupiter Sulifan

SMAN 1 Taman

Previous Post Next Post