Bertemu Kebaikan Tanpa Direncanakan.

Bersama KS dan Guru SMP Negeri 1 Gili Genting Kab. Sumenep.Foto:DOkumentasi Pribadi


Oleh:Titien Hardiana

Percayalah bahwa segala sesuatu terjadi karena suatu alasan.Menjadi seorang guru merupakan dorongan yang didorong oleh harapan serta keyakinan orang-orang di sekitar saya. Hadi Utomo dan Salim Cipto Widodo adalah Kakek dan Bapak, beliau terakhir bertugas sebagai Kepala Sekolah di desa Sugihwaras, Adimulyo, Karanganyar, Kebumen. 

Sementara purna tugas bapak sebagai Kepala Sekolah di SDN Sentanan kota Mojokerto. Ibu saya yang juga seorang guru sering dhawuh bahwa menjadi guru bukan hanya penyampai informasi, tapi juga pembuka pintu-pintu ke pikiran, membimbing dan memberi pemahaman yang mendalam tentang kehidupan.

Meskipun gelar Sarjana Pendidikan saya dapat tahun 1993, belum ada keinginan saya berkarir. Selama lima tahun saya asik dengan membesarkan anak-anak dan ingin memberikan pendidikan secara eksklusif. Hingga pada tahun 1998 ada seleksi guru, saya mencoba mendaftarkan diri.

Dua jam sebelum jadwal tes dilaksanakan, telepon rumah berdering, memastikan tentang  keberadaan saya. Saat itu, saya masih di rumah. Karena belum terbiasa meninggalkan anak meskipun ada dua orang asisten yang menjaga, saya ragu untuk berangkat.  "Berangkatlah, anak-anak, aku yang menjaga."

 Itulah yang diucapkan Bapak dari anak-anak sambil memastikan 30 menit sudah di rumah. Saya pun bergegas ikut tes seleksi CPNS, dan beberapa bulan hasil pengumuman diterbitkan,nama saya tercantum di deretan 13 calon guru yang diterima. Mungkin ini yang dinamakan jadi guru  karena keturunan atau warisan. Dan merupakan tantangan baru karena  saya juga tidak memiliki pengalaman sebagai guru honorer.

Pagi itu, tepat satu tahun yang lalu 11 Mei 2023 pukul 05.30 WIB saya dan Bu Setyorini TIM 03 menjalankan tugas Asesor BANPDM. Kami duduk di beranda hotel menunggu dijemput oleh Kepala Sekolah untuk melakukan visitasi di  Sekolah Menengah Pertama  di kepulauan Kabupaten Sumenep. 

Setelah tiga puluh menit sampailah di dermaga Talebung, dan bertemu dengan puluhan guru dan beberapa KS yang juga hendak menyeberang untuk menjalankan tugas sehari hari. Suatu keadaan yang tidak biasa saya jumpai pada saat saya menjadi guru. Keakraban, kekeluarga, sapaan penuh kehangatan dan sedikit kebingungan karena saya tidak paham bahasa yang mereka ucapkan. 

Beberapa tatapan mata asing tertangkap saya, namun saya mencoba menikmati dan melebur dalam suasana pagi itu. Segelas kopi ditangan yang diberikan ibu – ibu di gubuk sambil menunggu perahu merapat beberapa kali saya teguk. Lalu saya berdiri, berjalan mendekat bibir dermaga dan menatap laut. Nampak dari kejauhan pulau ke dua yang akan saya datangi hari ini, setelah dua hari di Gili Raja. Satu hembusan nafas , menggayut membawa terbang sejenak dalam ingatan perjalanan karir hingga di titik ini.

Awal karir saya dimulai mengajar di SMPN 2 Tanggulangin. Kenyataannya, menjadi guru bukanlah hal yang mudah. Tak jarang, saya merasa ragu dan bergejolak dalam hati bagaimana saya harus menjalani peran ini dengan baik. Tak bisa dimungkiri, meskipun sudah beberapa tahun mengajar, kepercayaan diri saya masih belum sepenuhnya tumbuh. 

Hal ini saya rasakan, ketika beberapa orang baru yang saya temui tidak respect pada saat saya katakan saya seorang guru. Seringkali mereka berfikir saya pegawai bank, bahkan beberapa masyarakat sekitar sekolah yang sering tahu saya lewat setiap paginya juga berfikir saya dokter di puskesmas.

Perlahan tapi pasti, saya mulai menemukan jawaban tentang peran apa yang perlu saya jalankan.  Saya memulainya dengan menggali dan menemukan apa yang dibutuhkan siswa serta manfaat apa yang dapat saya berikan. Di sekolah yang religious, akhirnya saya mulai mendapat jawaban, apa yang harus saya lakukan.Dan dengan melihat peluang, saya berhasil membawa sekolah tersebut beringsut dalam berbagai lomba dan meraih juara di Tingkat propinsi sekitar tahun 2000 – 2003.

Dengan pendekatan yang sama, ketika berpindah tugas  di SMP Negeri 4 Waru. Sebagai wakasek Kesiswaan  mampu membawa SMPN 4 Waru sebagai sekolah yang kaya prestasi non akademik dan disiplin. Penanaman karakter yang kuat menjadikan SMPN 4 Waru sebagai rujukan  manakala orang tua memberikan jawaban mengapa memilih SMPN 4 Waru .Bersama Bapak Drs.Mustain Baladan, M Pd I, kala itu selaku Kepala Sekolah , untuk pertama kalinya membangun literasi dengan diterbitkannya majalah sekolah “VOICE”dan pada setiap edisi saya selalu menuangkan tulisan untuk memotivasi siswa.

Berada di lingkungan baru, saya selalu berpikir tentang bagaimana cara terbaik untuk diterima, memahami apa yang ada dan apa yang dibutuhkan, serta manfaat apa yang bisa saya berikan. Tanpa sadar, saya telah jauh melangkah dari rasa tidak percaya diri dalam profesi ini karena saya menemukan kebahagiaan, saya menikmati dalam setiap langkah dan mencintai pekerjaan. Meskipun terkadang, beberapa siswa menggoda,menunjuk ke atas ketika pesawat melintas di atas  atap sekolah, seraya berkata, "Ibu seharusnya bekerja di sana."

Waktu bergulir, 15 tahun sudah saya menjadi guru. Suatu hari pada waktu istirahat saya menerima telepon dari sahabat saya, Anik Umiyati, guru sekaligus wakasek Humas SMPN 1 Krian. "Ding..." (begitu panggilan akrab ke saya). Dengan nada seperti terburu - buru memberi tahu saya tentang pendaftaran untuk menjadi Pengawas Sekolah. Dia sangat menekankan, "Kamu harus ikut, pokoknya kamu harus ikut." 

Saya penasaran, jadi saya bertanya, "Mengapa kamu sangat berharap aku ikut?”. Dia memberi jawaban yang tak terduga , “Jadi guru sudah lewat, bukan tantangan lagi buat kamu, terlalu mudah itu kamu lakukan, pola pikir seperti kamu sudah saatnya  kamu bagikan ke guru lain melalui pengawas.” Mengingat kembali kalimat ini, saat itu jujur mata berkaca kaca. Ternyata, harapan dan doa dari seorang sahabat bisa begitu mempengaruhi saya, sehingga saya berani mengambil keputusan dan menjalani konsekuensinya untuk menjadi seorang pengawas.

 

Dalam melaksanakan tugas baru ini, tahun-tahun pertama saya berkecamuk pertanyaan. Dalam diam,  mengalir saja, mendampingi Kepala Sekolah memastikan dapat menjalankan kompetensi dengan baik dan benar. Suatu ketika, dalam sebuah coaching, salah seorang Kepala Sekolah menyampaikan keinginannya, " Ibu, saya ingin menjadi seperti kepala sekolah lain, seperti teman-teman saya, yang memiliki ide-ide kreatif, banyak prestasi, dan sekolah terkenal." Saya pun membalas dengan balik bertanya, "Seberapa penting capaian itu bagi Anda?" Kepala Sekolah tersenyum, dan  Saya bertanya kembali, "Apa tujuan Anda menjadi kepala sekolah dan apa yang membuat Anda bangga atas profesi Anda?".

Tanpa terasa tiga tahun berjalan, Kepala Sekolah memberitahukan Piagam dan Penghargaan Nasional yang baru saja diterima. Saya ucapkan selamat, lalu saya bertanya , "Ibu, apa yang anda rasakan saat ini? Apakah anda masih memiliki cita-cita seperti beberapa tahun lalu yang anda sampaikan kepada saya?" Jawabannya menggugah, "Saat ini, tanpa saya sadari, saya telah mendapatkan anugerah dan kebaikan lebih dari yang pernah saya inginkan." 

Dengan fokus pada kebutuhan dan potensi sekolah, saya berhasil memberikan kontribusi yang sesuai. Tanpa terasa, saya menemukan diri saya berada di posisi yang sebelumnya tidak pernah saya impikan, namun memberikan dampak yang signifikan.

 Empat tahun menjalani tugas sebagai pengawas, tentunya setiap saat perlu pengembangan diri agar mampu mengikuti setiap perubahan yang terjadi. Dengan partisipasi di berbagai pelatihan, diklat adalah hal yang wajib dilakukan. Pengembangan diri serta berbagai praktik baik merupakan kompetensi yang harus selalu di up grade. 

Beberapa kali saya juga sempat membuat tulisan berupa artikel dan puisi. Hingga pada suatu saat ada informasi dari Lembaga Independen yang bermitra dengan kementrian Pendididikan dan Kebudayaan untuk rekrutmen asesor. Bagi pengawas, menjadi asesor sebagai pengembangan profesi yang dapat menerima, memberi serta memperluas wawasan. Meskipun begitu lagi – lagi saya yang tidak memiliki jiwa kompetisi ini, bergeming untuk tidak mendaftar.

Pukul 06.15 berdering telpon seluler saya dari seorang teman Pengawas yang merupakan suami dari penulis Sidoarjo Ibu Suhartatik,” Bu Titien tolong dikirim foto KTP,  disiapkan materai, nanti kita bersama teman yang lain, menghadap Kepala Dinas yang untuk tanda tangan surat ijin serta rekomendasi. karena ini H – 1 pendaftaraan Asesor”. 

Saya sempat terperangah, karena belum ada persiapan. Sementara beberapa teman menyiapkan diri sejak awal dengan ikut bimtek seleksi asesor. Atas dukungan teman, saya mengikuti seleksi Asesor di Propinsi jawa Timur dan lolos seleksi adminitrasi bersama 8.000 peserta. Setelah mengikuti tes tulis yang menjadi 400 peserta dan seleksi terakhir wawancara dibutuhkan 85 asesor.

Dinyatakan lolos sebagai asesor BANPDM, kali ini saya tidak terlalu galau dalam mengawali tugas. Setiap tugas saya jalani dengan saya libatkan nurani, perjalanan karir dari guru, pengawas  cukup memberikan pengalaman.Ditambah lagi dibekali diklat asesor dan dalam bertugas ber TIM dengan para Pengawas,para Dosen, BBGP, serta praktisi Pendidikan yang tentunya memperkaya wawasan saya.

Setengah perjalanan terapung di atas perahu membawa saya menyeberang ke SMPN 1 Gili Genting Sumenep, sesekali terhenyak lamunan saya mendengar gurauan mereka. Semilir angin laut, kilauan ombak, membawa saya bersyukur bertemu dengan kebaikan – kebaikan yang tidak pernah saya rencanakan. Andai saya tidak dipertemukan dengan kebaikan dari orang – orang di sekitar saya,  tidak mungkin  berada disini. Bertemu dan berbagi manfaat dengan banyak insan Pendidikan mulai MI, SD, SMP, MTs, SMA, SMK serta MA yang berada di Propinsi Jawa Timur. Dari  yang berada di kepulauan, di atas pegunungan ,pesisir dan di pelosok.

Menjalankan tugas di sekolah yang berada di kepulauan tidak pernah terbayang, guru harus setiap hari menyeberang, memiliki dua motor, diletakan pada dermaga yang berbeda. Meskipun belum ada kebijakan tentang dukungan bantuan transpor dari daerah. Mengunggah info dari BMKG pada aplikasi presensi apabila guru tidak dapat melaksanakan tugas dikarenakan faktor cuaca. 

Sedikit gambaran dunia Pendidikan yang sangat jauh berbeda dengan yang ada di kabupaten Sidoarjo. Menyeberang kepulauan setiap hari, dibutuhkan waktu, tenaga lebih serta finansial .Belum lagi tantangan dalam menjalankan proses pembelajaran, sosial budaya, karakter dan lain lainnya. Mayoritas orang tua siswa yang berada di kepulauan merantau ke ibu Kota. Budaya atau adat suku madura menikah muda hal biasa. 

Sehingga salah satu tantangan yang dihadapi guru tentang karakter, pelanggaran siswa putri di sekolah dikarenakan gaya berdandan, ber make up dan banyak siswa yang kurang dari 90 persen kehadiran dikarenakan pada saat liburan harus ikut orang tuanya ke luar kota dan tinggal beberapa lama di ibu kota.

Diperlukan rekomendasi yang tepat agar solusi tersebut  dapat dilakukan Sekolah serta berdampak positif. Melalui observasi, telaah dokumen dan wawancara, dalam waktu waktu dua hari, bidikan mata elang seorang asesor harus tepat melihat kondisi. apa yang dimiliki, apa yang dibutuhkan dan bagaimana solusinya . 

Salah satunya Sekolah memahami dan memberi wadah yang tepat yaitu meninjau dan mengembangkan  kegiatan ekstrakurikuler dalam kelas tata rias busana sebagai solusinya. Mengubah kelemahan menjadi kekuatan serta meninjau regulasi tentang kehadiran dengan menfasilitasi siswa yang berada di luar kota dengan memberikan penugasan. 

Sebagai sekolah penggerak Angkatan pertama di Kabupaten Sumenep, sekolah sudah seharusnya mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristiknya. Tujuan akhirnya Sekolah mampu menciptakan mutu  lulusan yang berkualitas. Begitulah saya menikmati setiap tugas yang saya jalani…

Hargai setiap momen, hargai orang – orang di sekitar kita. Percayalah bahwa semua yang terjadi di alam semesta bertujuan untuk membantu kita mencapai tujuan dan impian. Lakukan tugas anda. Apapun yang dilakukan dan dikatakan orang, tetap harus menjadi diri kita apa adanya dan menunjukan warna sejati kita.

Tenang menerima yang tak bisa kita ubah, berani mengubah yang bisa dan bijak untuk membedakan keduanya. ( Ryan Holiday dan Stephen Hanselman)

 

 

Biodata Penulis

Titien Hardiana

Jabatan : Pengawas SMP Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Sidoarjo

Email : titien1971@gmail.com

No hp : 081330099420



Previous Post Next Post