Guru #, @, Like, dan Follow


 Oleh: Amaliah(SMPN 3 Porong)

 “Ada yang berubah, Ada yang bertahan. Karena zaman tak bisa dilawan” (Chairil Anwar)

Suatu hari ada pengumuman dari Kemendikbud mengenai event Kurikulum Merdeka.  Ada beberapa kategori yang dapat diikuti oleh bapak ibu guru melalui PMM (Platform Merdeka Mengajar).   Event tersebut dikenal sebagai “Pekan bukti Karya,  Berbagi Kreasi dan Praktik Mengajar Kreatif”.  Ada beberapa kategori  diantaranya kategori guru pribadi,  kepala sekolah, atau penggerak komunitas belajar yang disebut kategori gotong royong.  Saat itu saya mendaftar sebagai penggerak komunitas belajar,  MGMP bahasa Inggris SMP Kabupaten Sidoarjo. Sebab komunitas kami telah terdaftar sebagai komunitas penggerak gelombang 2 pada saat pandemi.

Pertama-tama kita diminta untuk mengisi formulir pendaftaran.  Pendaftaran tersebut adalah untuk mengikuti berbagai webinar yang diselenggarakan dalam satu minggu atau satu pekan.  Hampir semua webinar saya ikuti melalui PMM. Mulai dari kelas dasar yang diminta untuk membuat dokumentasi sederhana,  kelas menengah yaitu implementasi praktik mengajar dan membuat materi ajar yang kreatif.  Serta kelas ahli yang bersifat membagikan dan berdiskusi karya sesama pendidik. Bila tidak sempat untuk mengikuti webinar tersebut,  jangan khawatir.   Sebab tetap akan ada video di YouTube Kemendikbud.

Ketentuan berikutnya yaitu mengupload bukti Karya hasil dari mengikuti webinar webinar tersebut.  Tentu dengan memberikan hastag #Gotong royong,  #kurikulum merdeka,  lalu mention@Rekanan yang kita ikuti webinarnya, @Kurikulum merdeka, serta suka dan mengikuti /follow instagram Kemendikbud. Inilah yang paling menarik menurut saya sebab guru zaman sekarang harus bisa membuat  hastag (#), lalu menyebut atau mention (@) akun  rekanan Kemendikbud,  misalnya   canva,  guru  binar,  edukita. Juga selalu like, atau suka, juga mengikuti atau follow berbagai  akun-akun Kemendikbud  untuk mempermudah mengakses informasi.  Ketentuan ini yang kadang terlewat saat mengunggah karya.

 Untuk lolos menuju ke Jakarta ada beberapa kategori penilaian.  Pertama, kategori inspiratif yaitu karya yang paling banyak dilihat oleh bapak ibu guru lain.  Kedua, kategori populer yaitu karya yang paling banyak dibagikan.  Ketiga yaitu kategori bermanfaat yaitu karya yang paling banyak disimpan oleh pemakai platform Merdeka mengajar.  Keempat, kategori gotong royong yaitu karya yang paling banyak diunggah di platform Merdeka  mengajar.

Karena berniat mengikuti penilaian gotong royong, setiap pulang sekolah mulai jam 02.00 siang sampai jam 04.00 sore saya mengunggah berbagai karya gotong royong.  Dengan konsisten karya bapak ibu guru, karya saya pribadi, serta karya murid-murid masuk satu persatu ke menu bukti Karya di PMM. Baik itu berupa PDF, maupun video pembelajaran.  Baik melalui channel pribadi saya, maupun channel komunitas belajar MGMP kami.  Kebetulan banyak karya dari guru dan siswa yang terkumpul. Sehingga seminggu kemudian keluar pengumuman 3 provinsi kategori tertinggi yaitu Sumatera Utara, Jawa Timur,  dan Kalimantan Barat.  Keluarlah kemudian pengumuman nama, dan undangan untuk menimba ilmu ke Jakarta.  Pilih penerbangan pesawat. Jangan lupa boarding pass, dan tiket sesuai dengan manifest penerbangan.

Sesampainya di Jakarta, saya mengamati. Wow, ada yang berbeda dari penyelenggaraan kegiatan Kemendikbud tersebut.  Apa saja yang berbeda? Pertama, tentang  narasumber.  Pada masa menteri-menteri sebelumnya, sering  dihadirkan bapak ibu widyaiswara, para dosen-dosen kampus terkenal seperti UPI, UNJ sebagai narasumber di tengah-tengah para guru.  Dengan gaya berpakaian formal, seperti jas resmi.  Nah saat ini,  narasumber yang dihadirkan banyak anak muda,  pengembang aplikasi,  pembuat konten,  CEO aplikasi dan bisnis startup, Coach google, dengan gaya  bahasa,  gaya komunikasi,  dan gaya berpakaian  casual trendy,  yang sama sekali berbeda  dari masa-masa sebelumnya.

 Perbedaan yang kedua  adalah tentang materi.  Materi yang diberikan kini  bersifat terapan.  Bila pada masa-masa sebelumnya,  saat mengikuti  kegiatan workshop inobel (inovasi pembelajaran), atau workshop perlindungan guru, workshop jurnal didaktika, diseminasi literasi kemdikbud,  kami sering mendapatkan materi yang bersifat panduan, pedagogik, dan teori-teori tokoh pedagogik terkenal. Misalnya, bagaimana guru mampu menulis dengan sistematis, melakukan penelitian, membuat inovasi guru, menulis buku, menulis jurnal dengan baik. Nah, pada masa kini,  telah bergeser menjadi materi yang bersifat praktik.   Misalnya,  bagaimana membuat bahan ajar dengan menggunakan aplikasi ini itu,  bagaimana teknik pengambilan gambar yang baik, teknik story telling, ataupun mencari dan membuat konten ajar yang menarik.

Perbedaan yang ketiga,  adalah diferensiasi.   Setelah pembukaan  dan pengarahan yang bersifat klasikal,  kami dimasukkan dalam kelas-kelas kecil.  di dalam tiap-tiap kelas kecil yang berisi  kurang lebih 10 guru.  Kami mendapatkan materi yang berbeda satu sama lain. Berbagai  materi baru sebenarnya ingin saya pelajari. Namun kemungkinan karena karya yang saya unggah terbanyak adalah berupa video pembelajaran, maka saya dimasukkan di dalam kelas ‘Kok Bisa’.  ‘Kok Bisa’ adalah sebuah channel YouTube yang berisi tentang video animasi yang bersifat memberi pengetahuan dengan cara yang sangat simpel dan mudah dipahami. Dalam kelas kami mendapatkan materi-materi yang menarik serta berbagi pengalaman. Bagaimana membangun channel yang mampu memberikan manfaat bagi pemirsa.

 Perbedaan yang keempat adalah waktu.  Waktu yang dimanfaatkan  saat luring (luar jaringan) ini sangat singkat. Hanya dua hari dua malam.  Lalu kembali bertugas mengajar  di sekolah.  Sebelumnya dan selebihnya dilakukan dengan  daring atau online.  Padahal di tahun-tahun sebelumnya, saya ingat saat Lomba Kreativitas Guru (LKG) 2015 sampai satu minggu lebih dilanjut puncak hari guru tanggal 25 Novemer. Sebagai penutup ada selebrasi atau perayaan.  Perayaan pada saat penutupan acara beberapa tahun terakhir ini selalu menghadirkan Mas Menteri Nadiem Makarim, juga  bapak Dirjen Iwan Syahril yang membawa gitar, memainkan alat musiknya live, sambil bernyanyi lagu-lagu pop. 

Kemudian pada tahun berikutnya, dengan sistem seleksi yang hampir sama saya mengikuti lokakarya ke Jakarta. “Semarak Tahun Ajaran Baru” yang diselenggarakan oleh Kemendikbud melalui PMM.  Mendaftar sebagai guru pribadi kali ini.  Alhamdulillah, terpilih melalui dua kategori yaitu kategori video pembelajaran yang digelar oleh rekanan ‘Guru Binar’,  dan kategori artikel yang digelar oleh rekanan ‘Edukita’.  Kategori video yang saya kirim adalah video animasi pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Powtoon.  Sedangkan artikel yang saya kirim pada saat itu adalah mengenai praktik Coaching untuk mengatasi permasalahan di sekolah.   Semua ini tentu sama, dengan ketentuan #, @, like, dan follow.

Kesimpulannya, sesuai dengan ketentuan era digital.  Guru masa kini adalah guru hastag (#), mention @, like dan follow. Hastag berarti kata kunci dari jutaan frase atau kata-kata. Guru hastag adalah guru yang fokus, yang bisa cepat mencari kata kunci pembelajaran, trending topic, yang dibutuhkan murid diantara serangan informasi.  Agar murid mau tertarik, terlibat aktif dalam pembelajaran kita.

Lalu, guru masa kini adalah guru mention @.  Mention berarti menyebut untuk menunjukkan informasi tertentu pada orang lain, khususnya para muridnya dan guru lain.  Fitur ini populer untuk menunjukkan tujuannya untuk memberitahu bahwa mereka yang disebut sedang dibicarakan, selebihnya silahkan cari tahu.  Manfaat fitur ini adalah memberi penghargaan, ucapan terima kasih, mengajukan pertanyaan langsung kepada orang- orang yang relevan.

Lanjut, guru masa kini juga like alias suka apapun program, kebijakan, pengumuman yang ada dari kemendikbud.   Selama untuk kebaikan dunia pendidikan  maka guru harus suka dahulu.  Harus mendukung dengan sepenuh hati. Guru harus percaya bahwa program itu semata untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

Setelah suka, dan mendukung maka perlu untuk follow, mengikuti apa yang dibagikan. Bila seorang guru telah mengikuti berbagai akun kemendikbud, berarti siap menerima dinamika pendidikan dan kemajuannya.  Konten yang diikuti akan memperbaiki kehidupan kita sebagai pendidik.  Ini juga akan membangun jaringan sosial yang lebih luas lagi.  Sebab dari situ guru mendapat wawasan baru dan update berita terbaru.  Bahkan inspirasi yang bermanfaat bagi murid-murid.  Sebab tujuan pendidikan kini hanya tiga yaitu murid, murid, dan murid.

Singkatnya, rangkaian pengalaman ini, membuat saya sadar bahwa zaman berganti.  Seperti kutipan puisi terkenal Chairil Anwar “Ada yang berubah, dan ada yang bertahan. Karena zaman tak bisa dilawan.”  Guru pun  makin harus beradaptasi dengan cepat sesuai zaman. Saya sebagai generasi X, perlu banyak belajar hal-hal baru dengan mandiri. Perlu banyak mengakses dan menyaring informasi.  Perlu memahami perintah secara mandiri. Harus mampu berkolaborasi.  Berani mengawali suatu hal positif yang baru. Lalu harus menggerakkan murid-murid generasi Z yang serba cepat.  Sambil menggerakkan guru yang terdiri dari generasi X dan Y.  Harus bisa memimpin dan mudah dipimpin. Perlu mengetahui dan memahami bakat, minat, diferensiasi murid dan guru.  Serta memberi pengalaman aplikatif secara langsung dan bermanfaat bagi sesama.  Panjang juga daftar ‘perlu, dan harus’ nya para guru, semoga mampu menjalankan dengan sebaik-baiknya.

Previous Post Next Post