Oleh : Bambang Sugeng
Di medio tahun 2014, tiba-tiba ada yang menelepon saya :
“ Assalamu alaikum … Halooo Mas Bambang…sibuk ta?"
“Wa alaikum salam…Alhamdulillah saya masih ada kegiatan pengimbasan untuk guru-guru ekonomi kawasan Jawa Timur, Bali dan NTB Mas. Ada apa ?"
“Ada sesuatu yang akan saya bicarakan ini. Ayuk kapan ketemu darat? Ada program menarik untuk Sidoarjo”.
“Okelah nanti saya kabari kalau sudah selesai pengimbasan ya, kegiatanku ini selama 6 hari full Mas.
“Oke nanti tak telpon lagi. Harus ketemu darat ya. Biar lebih mudah menjelaskannya”
“Oke Mas,” jawabku
Ketika Kementerian Pendidikan Nasional dijabat oleh Anis Baswedan ada sebuah program yang bergerak secara massif. Program itu namanya “Indonesia Menulis” sebuah program yang merupakan tindak lanjut Program Literasi Naional. Di Surabaya juga ada program yang sangat gencar pelaksanaannya yaitu Gerakan Budaya Literasi/GBL. Program GBL ini sangat sukses di Surabaya apalagi di blow up oleh P.T. Jawa Pos. Hampir tiap hari berita tentang Gerakan Literasi di Surabaya ini diberitakan di koran tersebut.
Kegiatan Gerakan Budaya Literasi di Surabaya ini awalnya sukses dan menjadi pembicaraan dimana-mana tapi seiring dengan pergantian pimpinan di Dinas Pendidikan Surabaya gerakan Literasi ini mengalami kemunduran {Salah satu kunci suksesnya sebuah program adalah dukungan dari pimpinan. Sebagus apapun sebuah program di suatu instansi apabila tidak ada support dari pimpinan maka program tersebut akan mengalami kendala pelaksanaanya}.
Kesuksesan suatu program selain dukungan dari pimpinan juga dipengaruhi oleh para panitia pelaksananya, pendanaannya dan factor pendukung lainnya. Kesuksesan Indonesia Menulis di Kementerian Pendidikan Nasional dan Gerakan Budaya Literasi baik di Surbaya maupun di daerah lainnya juga ada tokoh-tokoh penggeraknya. Dalam hal ini saya lebih suka memakai istilah Provokator {dalam hal kebaikan}. Ternyata salah satu provokator kegiatan Indonesia Menulis dan Gerakan Budaya Literasi Nasional adalah orang yang menelepon saya di atas.
Siapakah orang tersebut ? Selain sebagai tokoh literasi, Beliau juga salah satu bidannya Klub Guru (Embrio dari Ikatan Guru Indonesia/IGI) dan pendiri STIKOM. Beliau memang getol di dunia pendidikan nasional.
Orang yang saya maksud tersebut adalah Pak Satria Dharma. Karya-karya literasinya lumayan banyak. Salah satu karyanya yang saya miliki adalah “IQRA” sebuah buku yang menguliti tentang pentingnya literasi (baca dan tulis). Kami sudah lama akrab dan sering kerjasama. Kebetulan kami juga sama sama menjadi Pengurus Pusat IKA Unesa. Keakraban inilah yang menumbuhkan ikatan kekeluargaan yang erat.
Suatu saat akhirnya kami bisa ketemuan di Hotel Sahid Surabaya. Waktu itu saya ada kegiatan pengimbasan materi Kurtilas/Kurikulum Tiga Belas dari Kementerian Pendidikan Naional {saya menjadi Instruktur Nasional mata pelajaran Ekonomi untuk wilayah Jawa Timur, Kalimantan Timur, Bali dan NTB selama 2 periode}. Dalam pertemuan tersebut Mas Satria Dharma membawa map berisi proposal. “Wocoen disik Mas Bambang?”
Akhirnya map saya terima, kubuka dan kubaca. Ternyata isinya seperti yang saya duga, pasti tidak jauh dari literasi. Ternyata benar… isinya tentang pengenalan kegiatan literasi dan pengajuan program kegiatan literasi untuk Kabupaten Sidoarjo. Dalam pertemuan tersebut Mas Satria Dharma juga sanggup mencarikan sponsor (dalam hal ini Jawa Pos) yang juga tercantum dalam proposal tersebut.
”Oke Mas. Program ini sangat bagus. Insya Allah setelah tugasku mengimbaskan Kurtilas ini selesai saya akan menghadap Bapak Kadinas Kabupaten Sidoarjo ya”.
Sampai rumah proposal tersebut saya cermati dengan seksama agar ketika menghadap Kepala Dinas Kabupaten Sidoarjo Proposal tersebut isinya sudah saya simpan dan saya pahami di otak saya. Karena bagi saya penting sekali memahami maksud dari proposal tersebut. “Ben nek ditakoni Pak Kadinas ora blekak-blekuk njawabe, ora ngisin-ngisini”.
Setelah saya pelajari ternyata masih ada beberapa hal yang harus dibenahi dan disesuaikan dengan kondisi pendidikan di Sidoarjo. “ Baik Mas Bamban, Proposal akan saya benahi secepatnya, lusa saya kirim lagi ya? “ Oke Mas, saya tunggu ya. Alhamdulillah dua hari kemudian proposal yang sudah di revisi dikirim kembali kerumahku.
Pada suatu hari tanpa membuat janji dengan Bapak Kadiknas {ini tidak boleh ditiru nggih} saya membawa proposal tersebut ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo di Jl. Pahlawan Sidoarjo. Singkat cerita akhirnya saya bisa menghadap Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Bapak Mustain Baladan. Kami akrab dengan Cak Tain {begitu saya memanggil Beliau}. Perlu di ketahui bahwa waktu itu Cak Tain selain sebagai Kadiknas juga menjadi Ketua Umum IKA Unesa Cabang Sidoarjo yang baru dan pertama terbentuk di Sidoarjo.
Alhamdulillah saya juga termasuk salah satu bidannya pembentukan IKANESDA (Ikatan Keluarga Alumni Unesa Sidoarjo). Bahkan, beberapa kali rumahku menjadi tempat rapat pembentukan IKANESDA ini. Cak Tain menjabat sebagai Ketua Umum Ikanesda selama satu periode dan periode sekarang dijabat oleh Bapak Eko Redjo.
Setelah menunggu antrian akhirnya giliran saya dipersilahkan menghadap Bapak Kadiknas. “Assalamu alaikum…Cak Tain". "Wa alaikum salam," jawab Beliau, setelah bersalaman saya dipersilahkan duduk.
“Ono opo Mas Bambang ?
“Ini Cak, mau nawarkan program untuk Kabupaten Sidoarjo”
“Program opo? Jawab Cak Tain.
“Program Gerakan Literasi Cak. Sambil saya serahkan proposal ke Beliau.
Akhirnya proposal di buka dan baca beberapa menit.
“Mas Bambang ini program bagus sekali. Sekarang tak sarane Sampeyan ngadep nang Pak Tirto. Soale Pak Tirto sing seneng nulis.
“Oke Cak Tain.” Jawabku…
Setelah ngobrol-ngobrol agak lama dengan topic yang berbeda, saya pamitan untuk menuju ruang sebelah. Ruangannya Pak Tirto (Saya lupa jabatan Pak Tirto itu masih Kabid atau sudah Sekdin ya ?)
Setelah keluar dari ruangan Kepala Dinas saya langsung menuju ruangannya Pak Tirto. Karena Pak Tirto waktu masih ada tamu di dalam maka saya menunggu diluar sambil guyon dengan teman teman staf Dinas, ada Pak Obed, Pak Noto (rekan kerjaku ketika membenahi sarana dan prasarana SMAN 1 Gedangan yang kemudian mutasi ke kantor Dinas Pendidikan) ketemu juga dengan Mas Aris dan teman teman staf yang lain. Alhamdulillah saya sering kekantor Diknas dan banyak kenal dengan stafnya karena memang ini Kantor saya sebelum adanya kebijakan pengalihan SMA dan SMK ke Provinsi.
Setelah 2 orang tamu keluar dari ruangannya Pak Tirto, giliran saya yang menjadi tamunya. Singkat cerita saya sudah masuk dan setelah basa basi sebentar saya sampaikan maksud kedatangan saya. Proposal GBL saya sampaikan dan sempat dibaca sekilas. Alhamdulillah kayaknya Pak Tirto tertarik dan siap lanjut. Tidak menunggu lama program ini akhirnya “mbledos dan viral” ditangani Pak Tirto. Ternyata program akan sukses berat apabila ditangani oleh orang yang tepat. Terbukti kegiatan literasi di Kabupaten Sidoarjo sukses dan menjadi perbincangan di semua level bahkan sampai nasional.
BERSAMBUNG SECEPATNYA
(lebih mbledos)
Biodata Penulis :
Bambang Sugeng Al Blitary
Pengurus GBL Kabupaten Sidoarjo