Oleh: Heri Yudianto, S.T., M.Pd., Gr
Saya masih ingat tahun 2020, saat pandemi covid-19 melanda Indonesia. Saat itulah berkah bagi para penulis termasuk saya. Tiba-tiba ponsel saya berdering tanda ada pesan masuk. Rupanya ada pesan masuk dari DitPSMK. Saya diundang menjadi penulis capaian pembelajaran.
Kala itu DitPSMK sedang merancang kurikulum prototype atau sekarang dikenal dengan kurikulum merdeka atau kurmer. Sekolah saya sendiri belum menerapkan kurikulum tersebut. Hanya beberapa gelintir sekolah saja yang sudah menerapkannya. Hal ini lantaran sebagai sekolah percontohan penerapan kurikulum merdeka atau nama lainnya sekolah penggerak. Jika jenjang SMK, istilah sekolah penggerak ini lebih dikenal dengan SMK CoE (center of excellence).
Saya sendiri heran kenapa diundang untuk menyusun capaian pembelajaran. Jujur saja, waktu dipanggil ke Bandung untuk mengikuti penyusun capaian pembelajaran ada ribuan tanda tanya bergelayut mengenai definisi capaian pembelajaran. Melalui internet, saya berusaha googling dan hasil temuan untuk definisi capaian pembelajaran belum sesuai ekspektasi.
Akhirnya pada saat selesai pembukaan saya segera berkonsultasi dengan Dr. Taufiq Damarjati. Beliau merupakan pakar dan tenaga ahli pengembang Kurikulum di DitPSMK saat itu. Akhirnya setelah memperoleh penjelasan yang mendalam, saya baru memahami esensi dari capaian pembelajaran.
Saya masih teringat buku pertama yanh berjudul: "Catatan Guru Penulis." Buku ini diterbitkan tahun 2016 dan alhamdulillah sudah tercetak sebanyak 300 eksemplar. Buku ini menyajikan sudut pandang pengalaman saya menulis mulai dari artikel, opini hingga buku antologi. Menariknya pada bagian cover belakang ada endorse dari Bapak Kadisdik Sidoarjo. Di sela-sela kesibukannya beliau waktu itu ternyata masih bisa menyempatkan diri menulis kalimat yang sangat luar biasa. Saya selalu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kadisdik Sidoarjo. Selain itu ada pula resensi buku ini yang ditulis oleh salah satu dari sekian banyak srikandi pegiat literasi yang ada di bumi Jenggolo. Adinda yang saya maksud yaitu Khoirun Nisak. Bagi yang ingin membaca resensinya silakan mengklik tautan berikut: https://www.harianbhirawa.co.id/%ef%bb%bfmenjadi-guru-penulis-yang-produktif/.
Karya buku merupakan rekam jejak seorang penulis. Portofolio atau rekam jejak ini sangat penting bagi Karis seorang penulis. Saya berpikir dalam hati, kemungkinan besar saya dipanggil menjadi tim penyusun capaian pembelajaran mata pelajaran dasar-dasar teknik mesin bisa jadi karena portofolio digital menulis saya selama ini. Saat ini sangat mudah mencari portofolio digital seseorang.
Cukup mengetikkan nama orang yang akan dicari portofolio digitalnya di aplikasi pencarian maka akan muncul sepersekian detik datanya. Saya iseng menuliskan nama saya di aplikasi pencarian ditambah kata kunci penulis.
Ternyata benar dalam urutan pertama ada biografi saya yang dimuat di salah satu blog menulis yang sangat terkenal pada masanya. Mungkinkah ini yang membuka jalan saya hingga bisa diundang menjadi penulis capaian pembelajaran. Wallahu alam bishawab. Hanya Allah yang Maha Tahu tentang hal ini.
Konsistensi menulis merupakan kunci utama untuk mempertahankan portofolio digital menulis. Tentunya hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu niat, usaha dan doa untuk mengupayakan hal ini. Ada beberapa hal yang menjadi tips untuk mewujudkan konsistensi menulis.
Pertama,
Motivasi intrinsik dari dalam diri yaitu keinginan untuk untuk membagikan pemikiran, ide dan gagasan dalam tulisan. Sayang disayangkan manakala inovasi, praktik baik, dan pengalaman mengajar sebagai pendidik atau tenaga kependidikan sirna begitu saja jika tidak diabadikan dalam tulisan. Tentunya tulisan ini akan abadi sepanjang masa selama tulisan tersebut tidak musnah. Jadi bisa disimpulkan menulis memungkinkan seseorang untuk meninggalkan pilar-pilar keilmuannya dengan abadi, bahkan setelah orang tersebut tiada. Senada dengan hal ini, saya langsung teringat kata-kata mutiara dari Pramoedya Ananta Toer, "Menulis adalah bekerja dalam keabadian."
Kedua,
Senantiasa terngiang dengan kata-kata mutiara dari Ali bin Abi Thalib: "Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak." Sejalan dengan hal ini, saya berharap tulisan dari buku saya bisa bermanfaat bagi yang membaca. Ada selusin buku yang telah saya susun. Semoga kelak pahala dari menyusun buku ini bisa membawa saya masuk ke surga-Nya. Aamiin.
(Bersambung)