Terminal.........
terminal.........
“Turun mana mbak? Trenggalek langsung,“ suara bariton kondektur
bus, mengagetkanku.
“Tulung Agung“
Jawabku sekenanya.
Kulirik
arlojiku menunjukkan pukul 06.10 WIB. Jam tangan hadiah ulang tahun dari ibu 30 tahun yang lalu. Meskipun sudah puluhan
tahun tetapi selalu melingkar di
tangan kananku dan masih terlihat
cantik. Aku sendiri tak yakin tokonya masih ada atau sudah tutup alias sudah tidak
jualan lagi.
Aku tersenyum mengingat kenapa ibu membelikan arloji mahal
itu padaku. Sayang uangnya, hanya
untuk membeli sebuah arloji
yang menurutku terlalu berlebihan.
“Bu. ndak
usah. Arloji adik masih bagus“
“Lagian harganya
mahal. Eman uangnya
bu“
“Ndak papa dik, mahal kalau ibu bisa membelikan emang kenapa?.“
“Ibu
ingin arlojinya bisa awet, seperti sayangnya ibu sama anak ibu yang kolokan ini“, seloroh ibu.
Ibu selalu begitu, kalau sudah keinginannya pasti tidak ada yang berani membantah. Sekalipun itu bapak. Karena bapak
menyadari ibu mempunyai gaji sendiri, jadi terserah ibu mau digunakan untuk apa uangnya. Bapak berprisif bahwa
pengahasilan istri adalah milik istri,
namun penghasilan suami milik istri. Istri menteri keuangan yang tak ber SK dan
tak ada batasan masa kerjanya,
sehingga pekerjaan menteri keuangan rumah tangga ibu tiada tandingannya (aku tersenyum, benakku
menari-nari ingat dikala bapak menasehati 6 anak perempuannya yang
menginjak dewasa).
Ya Allah aku tertidur lama sekali, tepatnya saat bus Harapan Jaya yang membawaku meninggalkan terminal Bungurasih. Subhanallah indah sekali matahari yang akan bangun dari keperaduannya. Bahasa anak-anak sekarang “Sunrise“. Mataku masih terasa berat. Kukerjap-kerjapkan dengan harapan kantukku segera sirna.
Ingatanku pulih kembali, seandainya dulu setelah lulus
kuliah aku tetap bersikukuh untuk tetap bertahan menjadi
salah satu karyawati Bank Swasta, tentunya
tidak akan pernah
mendapatkan beribu pengalaman yang indah dan beragam bak pelangi,
warna-warni. Kala itu aku harus
memilih dua pilihan yang terberat, namun hati rasanya selalu terusik jika melihat ibu bapak, hati merasa perih jika
tidak meluluskan permintaan orang tua untuk menjadi
guru. Hampir satu minggu aku tidak bisa tidur, memikirkan tetap bertahan
berkarir di Bank apa jadi guru?
Namun jika tidak jadi guru takut seperti malin kundang. Jadi anak durhaka!
Aku
memutuskan untuk resign, meskipun
terasa berat. Semua itu kulakukan semata karena ingin menunjukkan baktiku pada orang tua terutama pada ibu.
Beliau yang berprofesi guru menginginkan aku kelak mengikuti jejaknya.
“Nduk wong wedok iku, becike dadi guru wae“
“Ilmune iso kanggo murid ugo iso gawe minterno
anak“. “Liyane iku sih onok waktu nggo ngopeni keluarga.“
Berkat doa-doa ibu bapak yang selalu dipanjatkan saat sujud di sepertiga malamnya.
Harapan beliau terwujud, aku
lolos menjadi PNS, ditempatkan di salah satu kabupaten hampir ujung timur wilayah Jawa Timur yang selangkah lagi menuju Bali.
Tepatnya daerah Situbondo yang mayoritas orang madura. Kepalaku
terasa oleng, vertigoku
muncul kembali mendengar kata-kata Madura. Ketakutanku
memuncak, badan terasa lemah lunglai. Terasa
badan tanpa tulang. Yah! Yang ada di mindset
ku kala itu orang madura menakutkan, galak
dan kasar. (ternyata salah. Masyarakat disana baik-baik semua, tidak ada
yang menakutkan justru merangkul pendatang baru).
Lagi-lagi ibuku menguatkanku dengan
berbagai petuahnya.
“Nduk, ora perlu takut dan nggak usah ngresulo. Semua harus disyukuri. Allah pasti mempunyai rencana terindah
yang kita semua tidak tahu“
“Banyak orang yang ingin
menjadi pegawai negeri“
“Tes berkali-kali gagal.
Kamu yang baru tes sekali
langsung lulus. Semua
memerlukan perjuangan“ ucap ibu bak peluru lepas dari
larasnya.
“Tetap di syukuri
dan dijalankan meskipun
penempatanmu iku adoh. Indonesia memerlukan orang-orang muda untuk
memajukan pendidikan.“
“Bapak ibu ridho. Dan selalu
mendoakanmu“. Lanjut bapak dengan suara bariton khasnya.
“Inggih, bu, Inggih Pak.“
“Mohon doanya selalu.“
Suaraku lirih seperti
tercekat dalam tenggorokan.
“Pesan bapak ya nduk, jangan mau menjadi guru yang biasa-biasa saja, harus luar biasa agar dapat menginspirasi orang lain“.
“Dan jangan merasa
cukup hanya S1, harus bertekad
sampai S3“. Lanjut
bapak dengan penuh semangat.
Kurangkul
bapak ibuku. Aku menangis dalam pelukannya. Rasa bangga, bahagia, trenyuh campur aduk jadi satu, saat mendengarkan
wejangan dan nasehat yang panjang kali lebar
dari ibu dan bapak tercintaku. Orang yang telah
mengukir jiwa ragaku.
Jujur saat itu aku gamang karena ketakutan harus hidup jauh dari orang tua. Wajar! Namanya anak perempuan yang tidak pernah jauh
dari keluarga dan bapak ibu. Namun mengingat
motivasi bapak ibu selalu menggelitik dan menjadi pemantik dalam setiap
langkahku. Aku bangga menjadi PNS....
Aku bangga menjadi guru. Itu yang selalu aku tanamkan dalam hatiku.
Alhamdulillah usaha tidak pernah menghianati hasil,
berbagai karya baik inovasi, artikel,
buku, penelitian, dan berbagai prestasi sudah
aku raih. Guru berprestasi, guru inovatif,
inspiring teacher , penghargaan dari perpusnas hingga penulis modul kemendikbud dan kemendikbudristek, dan semua itu berkesempatan ke gerbang kepala
sekolah, namun itu bukan
tujuanku. Bukan menolak tugas namun lebih
tepatnya menjadi guru adalah hal terindah dalam hidupku, apalagi
mendapatkan amanah untuk membimbing 17 anak berkebutuhan khusus. Karena prinsif
hidupku “bukan menjadi apa, namun hidup akan lebih indah jika
bermanfaat bagi orang lain“.
Dan ternyata
bapak juga tidak merestui
jika aku menjadi
kepala sekolah.
“Dadi kepala sekolah jaman saiki, rodok abot nduk, adoh banget
karo biyen, bukannya bapak
meragukan kemampuannmu namun
masih ada tugas lain yang harus menjadi
prioritasmu. Jika suatu saat nanti bapak di pundut Gusti Allah Kang Murbeng Dumadi,
harapan bapak mbakmu kuncoro
dan kamu nduk yang bisa meneruskan perguruan tinggi yang bapak rintis“.
Memang bapak telah mendirikan salah satu perguruan
tinggi swasta dengan
tiga sahabatnya. Berkat
kegigihan dan perjuangannya yang tidak kenal lelah dan putus asa, tahun 1982
perguruan
tinggi berhasil diwujudkan, tidak ada campuran tangan dana dari pemerintah murni hasil patungan beliau ber empat.
Ribuan sarjana telah diluluskan dan berkat doa dan kerja keras beliau-beliau Alhamdulillah semakin tahun selalu
bertambah mahasiswanya. 90% dosen telah lulus S3 dan beberapa dosen PNS yang diperbantukan.
Karir guru yang membuatku
nyaman terusik ketika kepala sekolah
memintaku untuk mendaftar pengawas sekolah. Lagi-lagi
dilema, akankah aku tega meninggalkan anak-anak berkebutuhan khususku yang saat itu sudah mencapai
17 orang? Rasanya
hati ini tidak siap. Namun pada akhirnya kami ber tiga
mendaftar. Tentunya semua atas ijin ibu dan bapak. Karena setiap langkah kita terasa
afdol jika
disertai doa restu orang tua. Lagi-lagi apakah
ini suatu keberuntungan? Atau memang doa ibu bapak tembus
ke langit? Satu-satunya yang lolos dari
sekolah hanya aku sendiri. Sujud syukur dan lantunan doa aku panjatkan atas semua nikmat
ini. Mewek? Jelaslah!
“ Jadilah pengawas yang dirindukan nduk, bukan pengawas
yang di takuti. Memedi
wis okeh ora
perlu kamu bangga menjadi memedinya guru-guru“.
“ Ojok lali dalam menghadapi kepala sekolah guru dan seluruh
karyawan dengan ngugemi esem
bupati, semu mantri dan dupak bujang“.
Artinya
jalin komunikasi yang baik dan erat, karena komunikasi itu sangat penting dalam segala kegiatan. Jika kurang komunikasi akan berakibat negatif.
Namun dalam komunikasi, layanan dan bimbingan
tidak sama penerapannya. Jika ada kepala sekolah
yang pekerjaannya kurang
betul dan masih harus dibenahi
sebagai pengawas tidak perlu menyalahkan, namun cukup
dengan isyarat saja. Demikian juga jika menghadapi
guru yang ternyata belum melaksanakan tugasnya dengan baik, cara mengajar
kurang tepat maupun
belum mengerjakan perangkat ngajar (modul ajar dan sebagainya). Tidak perlu dimarahi. Tidak
perlu mencari-cari kesalahan. Namun dengan pendekatan yang baik, layanan
pendampingan yang disertai
senyuman pengawas, guru akan
merasa nyaman dan menyadari kekurangan. Dan yang utama akan segera memperbaiki dan menyelesaikan perangkatnya myang
masih kurang. Sementara menghadapi karyawan yang level pendidikan lebih rendah, semisal
lulusan pendidikan menengah harus dengan tegas namun ramah untuk
memperbaiki pekerjaannya dengan
baik. Bukan berarti membedakan tingkatan atau strata namun pemahaman
tentunya berbeda dengan yang pernah
mengenyam bangku perkuliahan. Dengan pemahaman yang baik akan tupoksi tugasnya maka akan
meminimalisir kekurang beresan
dalam pekerjaannya.
Mendengar
kata pengawas ada rasa takut ,khawatir kalau pengawas yang datang pasti akan memeriksa administrasi kelas, semua guru pasti akan sibuk untuk
mempersiapkannya. Bahkan saking
takutnya ada yang sembunyi tetapi tidak sedikit yang berkomentar miring tentang
tugas pengawas.
Berbicara peran pengawas sekolah,
tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaannya memegang
peranan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang harmonis
dan produktif. Pengawas sekolah diharapkan dapat
menjadi parner kerja yang serasi dengan kepala
sekolah dan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan, sehingga
secara tidak langsung
akan meningkatkan kinerja
sekolah dampingan. Dengan demikian akan menjadi figur yang
dirindukan oleh guru dan kepala sekolah.
Babak
Baru Tranformasi peran pengawas sekolah yang Adaptif dan Inovatif Pasca Permenpan-RP Nomor 1 Tahun 2023
Tentang Jabatan Fungsional, pengawas sekolah bukan lagi sebagai
pengedali administrasi namun sebagai pendamping bagi sekolah binaannya.
Peran pendampingan
yang dijalankan, didefinisikan
sebagai kegiatan pengawas sekolah membersamai kepala sekolah dalam peningkatan kapasitas dan mutu layanan satuan pendidikan, menciptakan budaya kolaborasi dengan kepala sekolah, warga sekolah, dan masyarakat secara berkelanjutan dalam mengembangkan program pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik,
untuk mewujudkan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan inklusif, serta untuk membangun
budaya refleksi.
Sebagai pengawas yang bertranformasi, tentunya menjadi pembaharu di sekolah dampingan. Hasil dari merefleksi rapor pendidikan akan disusun menjadi program sekolah. Tentunya antara sekolah satu dengan sekolah lainnya akan berbeda. Seperti halnya sekolah dampinganku yang beragam visi, misi, latar belakang pendidikan, lokasi, budaya, mutu dan status sekolah. Ada tiga sekolah dampingan yang peserta didiknya kurang dari 40 orang, satu sekolah internasional, satu sekolah negeri, dua sekolah swasta yang peserta didiknya lebih dari 1000 orang dan satu sekolah penggerak.
Dalam pikiranku saat itu,tatkala melihat raport pendidikan sekolah dampingan ada satu sekolah yang menyita perhatian. Gedung bertingkat sampai 3 lantai, lokasi tepat pinggir jalan raya, fasilitas lumayan memadai namun ada sedikit yang mengganjal yakni pendidikan guru, 70 % bukan berasal dari pendidikan, ada yang sarjana akuntansi, bahasa dan sastra arab, hukum, hukum keluarga, dahwah, administrasi hingga sosiologi, matematika, bahasa Ingris, olah raga, Fisika dan Informatika. Selain itu jumlah peserta didik kelas X hingga kelas XII kurang dari 30 orang.
Raport pendidikan tentang kualitas pembelajaran masih ada tanda orange ini berarti harus ada terobosan baru dari pihak sekolah, sekaligus untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat agar anak-anaknya di sekolahkan di SMA AL Ahmad Krian Sidoarjo. Peserta didik di SMA Al Ahmad rata-tara berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Hasil coaching pengawas dengan kepala sekolah, dan juga dengan guru dirumuskan menggunakan metode pembelajaran interaktif, sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Yakni dengan menjadikan sekolah double track agar dapat meingkatkan mutu dan juga miningkatkan minat calon peserta didik untuk sekolah di SMA Al Ahmad, yang ke dua penggabungan praktik beberapa mata pelajaran menjadi satu di bentuk semacam pagelaran.
Tujuannya agar semua peserta didik terlibat, menumbuhkan komunikasi yang baik, sikap gotong royong, mandiri, kreatif, bekerja sama dan menumbuhkan ide. Selain itu juga sebagai wadah kreativitas serta meminimalisir biaya. Tidak hanya peserta didik, namun juga melatih guru agar lebih memahami karakter peserta didik, memahami kelebihan dan kekurangan peserta didik serta berkolaborasi antar guru.
Label sekolah double track telah melekat pada SMA Al Ahmad, langkah pertama peserta didik diberi kesempatan untuk memberikan usulan kegiatan ketrampilan yang akan diberikan sekolah. Hal ini merupakan salah satu diferensiasi yang dilakukan sekolah. Atas usulan peserta didik, diputuskan ketrampilan rias pengantin, barbershop, desain komunikasi visual, sablond dan meracik kopi. Langkah kedua memutuskan pelatih ketrampilan diambilkan dari tenaga ahli dari masyarakat, dengan MoU ini sekolah telah menjalin kerjasama dengan lingkungan sekitar. Sedangkan pendidikan karakter yang di dapat peserta didik dari kegiatan ini selain memiliki ketrampilan yang dapat dipakai sebagai persiapan kerja sebelum atau setelah lulus nanti, juga kemandirian, kreativitas dan kerjasama serta tanggung jawab.
Langkah berikutnya mengevaluasi dampak dari pelatihan selama satu semester. Hasil nya peserta didik mampu untuk berkarya sesuai pilihannya. Yang barbershop sudah berani kerja paruh waruh waktu di barbershop, rias pengantin sudah juga menerima order untuk menjadi perias baik wisuda ataupun acara hari-hari besar nasional. Desain dan sablon juga sudah menghasilkan kaos olah raga peserta didik di desain dan disablon sendiri serta ketrampilan kopi juga sudah piwai untuk meracik kopi barista dan sudah menerima pesanan sedangkan yang rutin dijual di koperasi sekolah.
Sementara dari hasil kegiatan praktik
pembelajaran gabungan diterapkan pada seluruh angkatan,
mengingat peserta didik kurang dari 40 orang. Konsepnya adalah pernikahan, materi pelajaran agama. Melibatkan semua mata pelajaran, mulai mapel pendidikan agama, tata cara pernikahan menurut
hukum Islam, mapel
seni budaya membuat
seluruh dekor dan busana pengantin sekaligus pengisi acara, mapel bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris sebagai
MC atau pemandu acara, mapel ekonomi yang membuat rancangan biaya kegiatan, mapel PKN yakni melihat
karakter anak pada saat pelaksanaan kegiatan,
mapel kewirausahaan membuat
konten, video, foto dan mata pelajaran lain saling mendukung
sesuai dengan materi yang diambil.
Peserta didik tampil
dengan percaya diri dan interaktif sehingga materi yang dipraktikan akan mudah dipahami
(hasil pelaksanaan ini bisa kita nikmati
baik di tiktok maupun IG SMA
Al Ahmad).
Pelaksanaan pendampingan doble track yang saya beri
nama “ Baristakom Wujud Pendampingan Profil Pelajar Pancasila
di SMA Al Ahmad Krian Sidoarjo“ mengantarkan saya mendapatkan penghargaan 5 besar pemenang
inovasi pengawas sekolah
dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Prestasi yang menurut saya
sangat luar biasa mengingat usia karir saya di
kepengawasan masih seumur jagung.
Penasaran kan?
Monggo
bisa dilihat di Youtube rukmini ambarwati Baristakom
Wujud Pendampingan Profil Pelajar
Pancasila di SMA Al Ahmad Krian Sidoarjo. Siapa tahu bisa menjadi inspirasi atau syukur-syukur jika
mempunyai hajad cukup menghubungi SMA Al Ahmad, insyaallah sesuai
selera dan harga fleksibel.
“Jepon........ “
“Jepon........ “
Suara kondektur
bus lantang seperti
genderang perang. Aku berlari dan hups. loncat
keluar
bus tepat di depan gereja. Tolah-toleh tidak ada becak.
Panikku mulai muncul,
gimana kalau terlambat? Ini kuliah perdana di UIN
Satu. Belum tahu bagaimana teman-teman satu kelas, bagaimana dosen-dosennya? Apakah aku bisa mengikuti? Mengingat
tidak ada background sekolah di lembaga pendidikan Islam. Mulai dari TK hingga pasca sarjana
semuanya pendidikan umum.
Tiba-tiba hanphone
berdering..........“sampai mana bun? Diujung sana suara suami membuyarkan kegalauanku. “Jepon“ jawabku
singkat “tapi gak ada becak!“.
“
Lha kan ada aplikasi grab di hanphone bunda, ngapain bingung?“. “wis ndang pesan, selamat belajar semoga lancar“
Sambil
garuk-garuk kepala karena merasa tolol, kujawab advis dari suami tercinta “Siap jalankan
perintah ndan“ ku dengar di ujung sana suami cekikikan saat ku panggil Ndan. Bukan komandan
Batalyon tetapi komandan keluarga. Ha...ha...ha
Disaat
genting seperti ini memang membutuhkan amunisi dari orang-orang terdekat dan terkasih, aku bersyukur mendapatkan ijin
dari suami dan anak-anak untuk kuliah lagi. Sempat
ragu sich ketika saat aku utarakan untuk kuliah di UINSATU. Mengingat jarak Surabaya Tulungagung bukan sepuluh, lima
puluh km, namun hampir duaratus km. Bukan keputusan
ngawur namun hampir enam bulan riset. Mampu
tidak mesin diatas 50 tahun ini mengikuti perkuliahan lagi? Bagaimana jika ada kendala
mesinnya? Ngadat atau harus ganti
busi? Motor aja kalau sudah lebih 5 tahun ada saja yang harus diperbaiki
apalagi kita yang berusia diatas 50 tahunankan?
Jawabnya hanya satu untuk menjadi pengawas
tranformasional harus mau untuk mengupgarde diri.
“Mbak mau kemana?“ sapa ibu disebelahku membuyarkan kegalauanku saat menunggu grab yang lama tidak
muncul-muncul, apa ketiduran ya drivernya? “Kampus
UIN , bu.“ Jawabku dengan
terbata-bata.
“Ibu bade tindak
pundi?“
“Nunggu becak mbak, kerumah adik“. Lanjut ibu
sepuh disampingku. “Mboten dijemput putranya bu.“
Tiba-tiba mata ibu berkaca-kaca. Aku jadi merasa
bersalah. Ada yang salahkah dengan
kata- kataku? Aku jadi
bingung. Hening, wajah ibu berubah.
Ada mendung menggantung di wajah ibu, terlihat berat sekali.
“Anak saya pulang setahun sekali,
itupun jika hari raya saja.“
“Mungkin ia ndak kangen ibu ya mbak. Yo ndak maidolah , dulu saat kecil ibu kurang perhatian karena harus berada disawah membantu bapak“.
“Jadinya ya tidak dekat dengan bapak ibunya“
lanjutnya dengan suara tangis yang di tahannya.
“Saya doakan putra ibu kan selalu merindukan ibu gih“
Suasana senyap kembali.
Ibu sepuh terdiam dan akupun terjebak dalam anganku terhadap
ibu.
“Ibu.... bapak.
aku
kangen,“ gumanku lirih.
“Tuhan hamba panjatkan puji syukur, atas semua nikmat
yang engkau berikan,
anak- anak yang manis, suami yang baik, keluarga yang saling support
dan orang tua yang terindah“.
Air
mataku tanpa terasa menggulir, seolah mau pecah. Ibu dan bapak sudah ada di
surga indahNya, belum sempat melihatku
menggunakan toga doktoral,
keburu dipanggil olehNya.
Namun aku yakin beliau akan bangga melihat anaknya mampu menjadi
pengawas yang bermanfaat bagi sekolah dampingan serta kehadirannya selalu
ditunggu dan dirindukan.
Hari
ini aku mendapatkan pelajaran yang terindah. Orang sadermo menjalankan apa yang dititahkan oleh Gusti Kang Murbenging Dumadi tanpa bisa menolak.
Apa yang aku peroleh saat ini merupakan doa dan restu dari
kedua orang tua. Terutama ibu. Bagaimanapun seorang
ibu akan lebih
memahami, lebih mempunyai kemestri dengan anak-anaknya, karena yang mengandung dan melahirkan mutiara-mutiara hatinya.
Kampus UINSATU
, tunggu
aku. Akan aku darma baktikan jiwa dan ragaku.
“Ibu...ayah.... terimakasih.“
“Watashi wa eien anata o ashimasu.“
Bandara
Lombok Raya, 23 Mei 2024.
Riwayat Penulis
https://drive.google.com/file/d/1mTnZXidN8gcvd2WeC6Mb5KHW5RL_K5gU/view?usp=drive_link