Oleh: Wenny Arie Puji Susanti, S.Pd.,
M.Pd.
Seorang hamba Allah dalam mengarungi kehidupan akan menghadapi dinamika kehidupan. Hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan pasti dialami. Seseorang bisa saja terlihat baik-baik saja. Belum tentu, dia tidak ada masalah. Namun, dirinya pandai mengelola peristiwa yang dia hadapi.
Setiap manusia punya tantangan masing-masing. Ketika merasa segala hal begitu rumit, sukar, seolah tiada jalan keluar. Kita, tidak boleh menyerah. Lakukan saja tugas yang menjadi tanggung jawabmu dengan melakukan yang terbaik. Selesaikan dengan tuntas, seolah engkau hidup selamanya.
Terdapat sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radiallahu ‘anhu yang artinya: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi”.
Setiap orang memiliki tantangan masing-masing. Kita jumpai sebuah keluarga menghadapi tantangan terkait pasangannya. Jika pasangan sudah baik, oleh Allah menguji melalui putra-putrinya, keluarga sudah baik ada hambatan dari ayah, ibu, mertua, keluarga besar, bahkan bisa juga dari tetangga dan lainnya.
Dalam suatu titik puncak kesukaran pernah merasa seolah sudah tidak mampu menghadapi semua. Maka, mari mengingat bahwa Allah pasti sudah mengukur kemampuan kita, semua problematika tersebut sesuai kadar kemampuan hambaNya. Jika menjadi siswa, untuk dapat berlanjut pada materi yang lebih rumit dan kompleks kita diberikan asesmen/ulangan/ujian. Agar dapat berlanjut pada jenjang yang lebih tinggi.
Memberi manfaat terhadap sesama. Berprasangkalah yang baik bahwa, jika kita sabar dan melakukan yang terbaik dengan diiringi dengan doa, maka pasti menuai hasil yang terbaik.
Hasil terbaik bukanlah menurut kita, namun menurut Sang Maha Kuasa. Berikut kisahku. Dalam suatu periode, saya mendapat amanah yang bertubi-tubi pada tahun 2021-2024. Di sekolah dan di luar sekolah dengan tugas utama sebagai guru BK generasi Z yang bergejolak.
Sering diminta untuk melaksanakan tugas-tugas kepanitiaan di sekolah. Saat ada program yang bersamaan di sinilah menjadi sebuah konflik. Bagaimana membagi waktu antara semua itu. Ingin lari, tapi hal tersebut bukanlah sebuah solusi. Energi, waktu, tenaga, pikiran terkuras dan tercurah. Sampai ada ejekan kamu itu bermanfat opo dimanfaatne. Pikiran liar bisikan teman ini yang tidak boleh dilanjutkan.
Sing penting yakin, saya bisa melakukannya. Kerjakan tanpa mengeluh, anggap sebuah latihan. Sebuah kepercayaan yang patut disyukuri dan dilaksanakan dengan amanah. Mungkin, suatu saat pengalaman ini menjadi guru yang sangat berharga. Dalam obrolan bersama Ibunda tercinta, ketika saya mudik ke Lamongan. Di sanalah saya mencurahkan isi hati. Bahwa begitu padat dan merayap amanah-amanah yang ditugaskan kepada saya.
“Kalau ada program selalu mendapat
tugas, dan saya tipe orang yang perfeksionis, sehingga saya kerjakan
dengan sebaik-baiknya, namun ya itu bu. Ada beberapa hal yang harus diprioritaskan,
mengurangi waktu bersama keluarga dan resiko lainnya,” kataku.
“Kalau ditugasi lagi, kerjakan saja biasa-biasa saja. Nanti, biar gak diajak lagi,” komentar Ibu sambil menatapku merasa iba padaku’’.
“Saya tidak bisa seperti itu bu, selalu berusaha saya kerjakan dengan baik. Saya yakin, kalau bersungguh-sungguh semua bisa saya kerjakan, kan man jadda wa jadda” jawabku.
”Ya, kalau begitu sing penting yakin. Ibu hanya bisa mendoakan semoga anakku sehat selalu mendapat rahmat, taufiq dan hidayahNya. Yakin, Allah akan memberi pertolongan,” lanjut Ibu.
“Inggih. Benar bu, saya sudah mengalami. Pertolongan akan datang di saat yang tepat. Semua indah pada saatnya. Pas butuh pas ada. Subhanallah, begitu amazing. Masa depan itu misteri Bu, mungkin saja Allah menakdirkan ini untukku sebagai latihan. Dan jika bersabar, melakukan yang terbaik, yakin Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang akan memberikan yang terbaik,” kataku dengan penuh semangat.
Yakin, bahwa Allah selalu bersama kita. Senantiasa menghadirkanNya dalam mengarungi kehidupan. Dekengan pusat, sungguh luar biasa. Saya terbiasa setiap melakukan sesuatu yang saya rasakan sebagai HTAG (Hambatan, Tantangan, Ancaman dan Gangguan) meminta doa restu orang tua terutama Ibu. Doa ibu sungguh keramat. Mengetuk pintu langit, mengharap rida sang Pencipta melalui rida orang tua.
Alhamdulillaah, dengan keyakinan tersebut mulai menjadi pelajar sampai bekerja, perjalanan hidup ini penuh warna. Teringat saat menjadi pelajar SMP. Dengan melakukan yang terbaik saat menjadi sekretaris di kelas dan menulis dengan rapi, mendapat rekomendasi oleh wali kelas mejadi sekretaris OSIS, memperoleh beasiswa prestasi. Dan yang sangat berkesan nilai rapor Fisika mendapat angka 10.
Keindahan yang terjadi juga di jenjang mahasiswa, mendapat beasiswa jalur aktivis BEM. Dan berkesempatan memperoleh pengalaman kerja yang sangat menarik berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling, pada program Konsis (Konsultasi Siswa LBB), dan Tim Sosial terdampak lumpur Lapindo. Selain itu, memperoleh kejuaran lomba Mawapres di Fakultas Ilmu Penddikan Unesa.
Dunia kerja juga berliku-liku. Mendampingi siswa dengan telaten, mengedepankan dengan melakukan yang terbaik. Tak jarang menemukan siswa yang unusual.
Melakukan pendekatan personal, menjalin komunikasi baik dengan guru, orang tua dan siswa. Yang sangat berkesan, saat bertugas di SMPN 1 Taman. Melaksanakan program-program sekolah dengan memberi dorongan pada siswa untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Saat terasa sulit, menggantungkan harapan terhadap Sang Pemilik Kehidupan. Yang bisa membalikkan isi hati.
Siswa yang sebelumnya melakukan tindakan mengambil barang orang lain tanpa ijin, berubah menjadi ketua kelas yang penuh semangat dan sopan. Menuntaskan sekolah bagi siswa terancam putus sekolah. Setiap upacara hari Senin mendapat kabar gembira tentang kejuaraan lomba. Lomba ini baik tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional.
Berbahagia sebagai seorang guru
mengetahui perubahan perilaku siswanya menjadi lebih baik. Prestasi-prestasi
yang diraih oleh siswa semoga menjadi bekal untuk dapat mandiri, mencapai
kebahagiaan dan keselamatan. Bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Amin.
Kesungguhan dalam menjalankan tugas mengantarkanku mewakili sekolah mengikuti ajang lomba Guru Berprestasi. Saat lomba juga banyak dramanya. Berbarengan dengan ujian tesis, dan kenaikan pangkat. Terasa sulit dan rumit, namun dengan dekengan pusat, Alhamdulillah meraih juara II Guru Berprestasi Kabupaten Sidoarjo dan melenggang maju pada ajang lomba Guru Berprestasi Provinsi Jawa Timur. Hingga ditakdirkan menjadi Kepala Sekolah di SMPN 2 Buduran. Dikukuhkan di tempat pengabdian baru mulai 27 April 2024. Barokallah.
Ibu menasihatiku ”bergantunglah kepadaNya, jangan bergantung kepada orang lain. Pakai jalur langit itu menjadi dekengan pusat. Segala hal yang kita hadapi senantiasa kita berserah diri pada kehendakNya.
Dalam melakukan tugas tak jarang mengalami kegagalan. Bersiap diri menyiapkan hati seluas samudra. Sebagai pengingat diri, segala sesuatu belum tentu berjalan sesuai harapan, tapi yakinlah bahwa kehendakNya yang terbaik.
Hidup adalah ujian, terus bertahan, menaiki tangga menuju kebaikan-kebaikan yang bermanfaat. Sukses merupakan pilihan sebagai proses usaha secara optimal, siap sukses dan siap gagal. Jiwa menjadi tenang dengan menghadirkan the power of dekengan pusat. Peristiwa yang terjadi pada seseorang sudah sesuai kadar, ambil hikmah, baik sangka pada Tuhan, meyakini realitas merupakan yang terbaik dan lapang dada dalam menerima ketentuanNya.
Kamis, 16 Mei 2024
Biodata Penulis:
Wenny Arie Puji Susanti, S.Pd., M.Pd.
Kepala SMPN 2 Buduran