The Power of LOA dalam Lakon Pasuwitan (1)

Oleh : Muhamad Hari Purnomo Hadi

Saya memulai tulisan reflektif ini dengan kalimat, “"Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan dari Allah SWT yang maha tinggi lagi maha agung.". Segala puji hanya milik Allah SWT. Mari kita sadari, bahwa kekuatanNya lah yang meliputi diri ini. Bahkan untuk berkedip-pun kita bisa melakukannya, kecuali karena kekutan dariNya semata. 

Pagi adalah kunci, mari memulai hari dengan pagi yang diliputi rasa syukur bertambah tambah. Mari terus memikirkan akherat dengan perbanyak bekal melalui kebermanfaatan dan kerendahan hati untuk belajar serta berbagi ilmu dari Allah SWT.

Rasulullah SAW Bersabda, “ Barang siapa bangun pagi dan dunia lebih besar dalm keinginannya (benaknya), maka ia tidak mendapatkan apapun dari Allah. Dan Allah menanamkan 4 (empat) penyakit dalam dirinya; (1) Kebingungan yang tiada putus. (2) Kesibukan yang tiada berujung. (3) Kebutuhan yang tiada terpenuhi. (4) Khayalan yang tidak berujung. (HR Thabrani).

Saya sengaja mengambil judul kekuatan dari Law of Attraction (LOA). Tentu kekuatan itu hanya menjadi perantara dari pertolongan dan kekuatan dari Sang Pemilik Segala Kekuatan, Allah SWT. Sejak kecil saya dididik menjadi seorang petani sederhana yang oleh orang tua senantiasa dikaitkan dan diorientasikan kepadaNya. LOA sendiri makin saya kenali setelah membaca buku bagus pinjaman dari Guru Panutan saya, Bapak Imam Asmuni.

Judul buku itu adalah Qur’anic Law Atraction, Tulisan dari Rusdin S Rauf. Buku tersebut berstatus Best Seller dan hingga kini masih diperjualbelikan. Jika sahabat ingin membeli online, pastikan membeli karya asli supaya berkah ilmunya. Rejeki luar biasa jika kita bisa mendapatkan ilmu dari buku tersebut.

Makna sederhana dari LOA adalah bahwa pikiran positif akan mendatangkan hal yang positif. Jika kita fokus pada pikiran dan perasaan positif, Kita dapat menarik lebih banyak hal positif ke dalam hidup kita.  LOA mengajarkan bahwa bahwa pikiran dan keyakinan kita bergetar pada frekuensi tertentu, dan frekuensi tersebut menarik frekuensi yang serupa. Jadi, pikiran positif akan menarik pengalaman positif, dan pikiran negatif akan menarik pengalaman negatif.

Dalam Buku Qur’anic Law Atraction, Sang penulis menyitir bunyi sebuah hadits qudsi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku.(Muttafaqun alaih). Maka begitu banyak pengalaman hidup mengajarkan realisasi dari LOA ini. Pada tulisan sederhana ini, Saya izin berbagi salah satunya dengan tetap meyakini bahwa kasih sayang Allah selalu menyertai realisasi LOA ini. Lalu Lakon Pasuwitan, apa maknanya?. Berikut ulasannya.

Sejak kecil, saya dididik untuk kerja keras sebagai petani yang juga mengembala sapi dan mencari rumput. Hidup dalam kesederhanaan diliputi rasa syukur dengan keterpautan pada nilai nilai Ketuhanan. Ajaran LOA sudah saya peroleh dan saya praktikkan sejak kecil oleh Sang Maha Guru saya, yakni Almarhum Bapak. Saat itu sekira saya kelas IV SD atau tahun 1996an saya berada di sawah membantu Bapak. Bapak bertanya tentang impian saya. Dengan tegas saya menjawab guru adalah cita cita saya. Dengan yakin bapak berkata bahwa kelak saya akan menjadi guru sukses. Tapi bapak menambahi keyakinannya, “Selain guru Nak, kelak rejekimu akan banyak datang dari tulisan”.

Saya yang masih kecil mengamini saja, dan hanya senyum sambil pikiran liar membayangkan, wah apakah kelak saya jadi guru, sembari buka toko buku seperti halnya toko buku terbit langganan saya di Pasar Ploso ya. Bapak melanjutkan petuahnya, Nak, nama bapak adalah suwito yang artinya abdi. Hidup kita ini sejatinya adalah lakon pasuwitan yang artinya peran pengabdian. Jadi apapun kita, entah petani atau guru itu adalah lakon pasuwitan.  Nasihat bapak ini selalu saya ugemi. Juga saya praktikkan dan sampaikan kepada murid murid saya.

Saat masih kecil saya tidak pernah menduga bahwa keyakinan bapak akhirnya menemui kenyataanya melalui profesi saya sebagai guru sekaligus penulis.  sejak 2018 atau 22 tahun setelah Bapak menyampaikan kalimat itu saya mendapatkan banyak sekali rejeki dari tulisan-tulisan saya.

Tentu saja rejeki di sini bukan saja royalty dari penerbit mayor atau uang kontrak sebagai penulis buku dari Pemerintah. Tapi rejeki juga bermakna kemanfaatan, keluasan ilmu, bertemu orang orang baik, mendidik murid dan masyarakat, dll. Hal ini bagi saya adalah realisasi LOA, dan semakin menguatkan keyakinan saya tentang baiknya menata pikiran untuk menjemput nasib baik.

Pikiranmu adalah nasibmu. Pada murid LOA juga saya ajarkan. Pergantian tahun LOA ini saya terapkan pada mereka. Saya memfasilitasi murid untuk merefleksikan diri kemudian membuat proposal hidup sederhana bagaimana impian mereka yang jelas, spesifik dan tertulis akan menjadi kekuatan bagi mereka untuk lebih baik dalam satu tahun ke depan dan meraih berbagai impian.

Pada awal bertemu murid di pembelajaran pertama LOA saya terapkan juga. Saya katakan pada murid murid saya, “Nak, bapak yakin kelak hidup kalian sukses dan mulia. Tantangan saya adalah jawab keyakinan saya dengan doa dan kerja keras. Kelak ingatkan saya bahwa kalian telah berhasil menjawab keyakinan saya. “.

 Saat ini 2024, Bersama para expert saya sedang terlibat penyusun Buku Audio Pendidikan Pancasila yang dilaksanakan oleh Pusat Perbukuan Kemendikbudristek. Tahun lalu 2023, Buku tulisan saya mulai dimanfaatkan oleh guru Pendidikan Pancasila kelas X dan murid – Murid dari sabang sampai Merauke. Ini bagi saya adalah rejeki luar biasa.

Sekali lagi bukan uang kontraknya, tapi keluasan dan kemanfaatan ilmu. Bagaimana tips saya menjadi penulis Buku Teks Utama setelah lolos melalui seleksi berjenjang oleh Pusat perbukuan akan saya bagikan pada tulisan berikutnya. Yang pasti pikiran kita menentukan nasib kita. Mari pikirkan kebaikan, Insyaallah nasib kita baik. Tentu saja dengan terus berusaha dan menjadikan semuanya sebagai lakon Pasuwitan. Segala puji hanya milik Allah SWT. (Bersambung)

Previous Post Next Post