Action Day: Membangun Karakter dan Kreativitas Siswa

Sumber gambar: https://smpn1warusda.sch.id/

Oleh: Didik Winarko

SMPN 1 Waru

 

Istilah Action Day bukanlah hal baru. Mencermati kata-kata pembentuk istilah tersebut, kita bisa memahami makna yang terkandung di dalamnya. Merujuk pada Coaching Confidence pada laman https://www.coachingconfidence.co.uk/ action day merupakan hari aksi yang khusus disediakan untuk melakukan sebuah kegiatan tertentu, sebagaimana yang tersirat dalam “As then name suggest this is a day that focuses upon action”

Mengacu pada sumber di atas, action day merupakan salah satu cara yang cukup signifikan dalam meningkatkan produktifitas. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan hari aksi ini. Kita akan mendapatkan dukungan, pendampingan, atau termotivasi untuk fokus melakukan aksi yang luar biasa atau melakukan aksi yang pada hari-hari biasa enggan kita lakukan atau bahkan kita hindari karena kurang percaya diri atau karena penyebab lain. Hal-hal seperti ini yang menurut saya menjadikan action day, atau saya sebut dalam tulisan ini sebagai Hari Aksi, layak dicobakembangkan di lingkungan sekolah.

Lalu, pertanyaannya adalah jika kegiatan Hari Aksi (action day) diimplementasikan di lingkungan sekolah siapa sasaran utamanya dan bagaimana penerapannya? Bagaimana pembiayaannya? Sekedar berbagi praktik baik, perkenankan saya menuliskan pengalaman dalam melaksanakan kegiatan Hari Aksi ini.

Pelaksanaan Action Day di Sekolah

Keinginan untuk melaksanakan kegiatan Hari Aksi di sekolah ini mulai terbersit seusai studi banding ke salah satu SMP negeri di Batu pada tahun 2014. Keinginan tersebut baru terwujud pada akhir tahun ajaran 2018/2019, meski belum berkelanjutan dan masih terbatas dalam trial and error untuk menemukan pola yang efektif. Ketika harus pindah tugas, saya membawa konsep ini ke sekolah yang baru dan melakukan koordinasi dengan tim kurikulum dan kesiswaan untuk penerapannya. Pada kurun waktu ini, pelaksanaan Hari Aksi juga masih belum terprogram rutin, hingga kegiatan ini terhenti karena pandemi.

Setelah pandemi benar-benar reda dan kegiatan persekolahan berjalan penuh 100%, kami melanjutkan kembali pelaksanaan Hari Aksi secara berkala. Konsep pelaksanaan Hari Aksi yang kami sepakati adalah sebagai berikut:

a.       Hari Aksi (Action Day) dilaksanakan pada hari Sabtu pekan terakhir setiap bulan, di jam pelajaran ke 1 – 2;

b.      Yang ditampilkan adalah program unggulan dari masing-masing kegiatan ekstra kurikuler secara bergiliran (di saat itu ada 22 pilihan ekstra kurikuler). Ini dimaksudkan agar setiap kegiatan ekstrakurikuler yang ada tetap termotivasi untuk menjaga kualitas kegiatannya, mempertahankan eksistensinya, dan memiliki target capaian yang jelas;

c.       Para juara perlombaan, baik lomba antar kelas hingga lomba tingkat propinsi/regional diwajibkan tampil untuk menunjukkan kompetensinya;

d.      Siswa yang tidak ikut tampil, wajib menyaksikan tampilan dan membuat laporan yang berisi ulasan/reviu dan kesan, atau komentar mereka tentang tampilan di Hari Aksi tersebut. Format laporan bebas. Laporan boleh dalam bentuk tulis atau video sesuai yang telah disepakati bersama wali kelas;

e.       Pembiayaan diambilkan dari dana BOS dan didukung sumber dana lain yang bersumber dari unit usaha sekolah yang ada.

 Dalam perkembangannya, kegiatan Hari Aksi tersebut mengalami pergeseran. Kegiatan yang semula terjadwal dilaksanakan pada hari Sabtu pekan terakhir bergeser menjadi hari Kamis, Jumat, atau Sabtu pada pekan terakhir secara bergantian. Dan pelaksanaannya diubah menjadi dua bulan sekali. Jika pelaksanaan Hari Aksi jatuh pada hari Jumat, maka dalam satu hari itu tidak ada pembelajaran di kelas, karena pada jam pertama kegiatan Jumat Sehat tetap berjalan, dan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Hari Aksi. Sesekali pelaksanaannya disertai dengan kegiatan bazar oleh siswa. Terkadang pada Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN), kegiatan action day dijadikan satu hari dengan kegiatan PHBN tersebut.

Perkembangan Karakter

Tampilan secara bertahap berkembang menjadi kegiatan yang dikemas dalam bentuk Show Event dimana proses perencanaan, penataan tempat, pengaturan manajemen waktu tampilan, dan dokumentasi ditangani oleh para siswa. Guru dan tim kesiswaan secara bertahap berganti peran menjadi pengarah kegiatan dan pendamping. Pembawa acara dibawakan oleh para siswa dengan menggunakan dua bahasa (bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris), dan dalam perkembanganya disisipi dengan penggunaan bahasa Jawa. Untuk urusan dokumentasi dan publikasi juga ditangani oleh siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler content creator. Dalam dua tahun terakhir kegiatan publikasi juga melibatkan siswa yang tergabung dalam komunitas siswa penulis yang sudah terbentuk. Dan pada satu tahun terakhir, sebelum saya pindah tugas, kegiatan Hari Aksi juga selalu diwarnai dengan kegiatan Launching buku-buku baru karya siswa dan guru. Alhamdulillah, selama tiga tahun pendampingan, sudah berhasil terbit 32 judul buku antologi dan karya tunggal dari siswa dan guru.

Dalam proses perkembangan pelaksanaan Hari Aksi ini, karakter siswa semakin terarah. Keterampilan bekerjasama, tanggungjawab, kreativitas, dan kemandirian semakin terbangun. Tanpa disadari siswa belajar menjadi event organizer, master of ceremony (MC), content creator, penulis berita, fotografer, koreografer, hingga youtuber. Ketika pelaksanaan Hari Aksi disertai kegiatan bazar, siswa juga secara tidak langsung belajar pemasaran dan pengelolaan keuangan.

Dalam proses perencanaan, tim pelaksana terlibat dalam diskusi perencanaan yang intens. Dalam proses ini terbangun kemampuan berkoordinasi, bekerjasama tim, maupun kemampuan berkomunikasi menggerakkan teman-teman. Tim pelaksana terdiri dari para pengurus OSIS, perwakilan MPK (Majelis Perwakilan Kelas), dan perwakilan dari kegiatan ekstrakurikuler yang telah tampil pada kegiatan Hari Aksi sebelumnya. Masih banyak soft skill lain yang belum disebut di atas yang bisa ditumbuhkembangkan melalui kegiatan action day ini.

Kendala dan Solusi

  Sebagaimana pelaksanaan program lainnya, tentu ada kendala yang kami alami dalam penerapkan kegiatan Hari Aksi di sekolah. Diantara kendala tersebut adalah sebagai berikut:

Keluhan dari sebagian guru yang jam pelajarannya terpakai untuk kegiatan Hari Aksi mapun jam pelajaran ketiga sehingga banyak siswa yang tidak ikut pelajaran, terutama di awal pelaksanaan kegiatan mulai bermunculan. Solusinya, kegiatan Hari Aksi digeser pada hari lain seperti tertulis di atas. Kegiatan tetap dilaksanakan pada jam ke 1-2, dan jam istirahat pertama (karena ada jam istirahat ke dua) dimajukan tepat setelah pelaksanaan Action Day.

Durasi waktu pelaksanaan berjalan lebih lama dari pada alokasi yang direncanakan sebelumnya. Solusinya, di akhir kegiatan diadakan refleksi bersama. Dalam beberapa kali pelaksanaan Hari Aksi dan Refleksi disepakati bahwa Ketua tim dan bagian sie acara berhak menyeleksi tampilan maupun mengurangi durasi tampilan. Tentu saja proses ini perlu didampingi waka kesiswaan. Proses seleksi dilakukan maksimal satu minggu sebelum hari H pelaksanaan Hari Aksi. Ekstrakurikuler yang terjadwal untuk tampil wajib mengirimkan deskripsi ringkas kegiatan yang akan ditampilkan. Pengurangan durasi waktu tampilan dilakukan melalui kesepakatan bersama pada saat gladi bersih sebelum kegiatan Hari Aksi dilaksanakan.

Menjaga asa keberlanjutan pelaksanaan Hari Aksi juga merupakan kendala tersendiri. Adakalanya semangat dari guru-guru yang tergabung dalam tim kesiswaan maupun wali kelas tampak menurun. Untuk menyikapi hal ini, saya selaku kepala sekolah mencoba untuk mengajak mereka untuk kembali bersemangat mengawal pelaksanaan Hari Aksi. Ini saya lakukan baik dalam kegiatan formal seperti morning briefing, rapat waka dan staf, maupun melalui pendekatan personal dalam situasi ngobrol santai.

Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam menjaga keberlangsungan kegiatan Hari Aksi juga kami lakukan melalui kegiatan yang saya namakan Rabu Ceria. Kegiatan ini merupakan pertemuan rutin saya dengan pengurus OSIS dan MPK yang dilaksanakan setiap bulan, pada hari Rabu. Setiap siswa yang hadir bisa melakukan curah idea (Ceria) dalam situasi yang tidak terlalu formal. Pertemuan ini dikemas dalam bentuk dialog santai. Kegiatan ini saya manfaatkan untuk menggali data yang berkaitan dengan kondisi pembelajaran maupun kondisi sekolah, usulan dan harapan mereka, termasuk didalamnya respon siswa tentang pelaksanaan action day.

Penutup

Akhirnya, dari yang kami alami selama melaksanakan kegiatan Hari Aksi secara berkelanjutan di sekolah, saya berkeyakinan bahwa banyak hal positif yang dapat diambil dari pelaksanaan Hari Aksi atau Action Day. Kegiatan action day yang dikelola secara efektif sesuai kondisi sekolah mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam membangun karakter dan kreatifitas siswa. Pada ujungnya, peningkatan karakter dan kreatifitas ini ikut membentuk budaya sekolah yang posistif. Tentu saja dibutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua warga sekolah untuk mewujudkan hal ini.


Penulis

   Email: wwinarko@gmail.com                                                                                                         

Waru, 27 juni 2024

Previous Post Next Post