SMPN 1 Waru
Istilah Action Day bukanlah hal baru. Mencermati
kata-kata pembentuk istilah tersebut, kita bisa memahami makna yang terkandung
di dalamnya. Merujuk pada Coaching Confidence pada laman https://www.coachingconfidence.co.uk/
action day
merupakan hari aksi yang khusus disediakan untuk melakukan sebuah kegiatan
tertentu, sebagaimana yang tersirat dalam “As then name suggest this is a day that focuses upon action”.
Mengacu pada sumber
di atas, action day merupakan
salah satu cara yang cukup signifikan dalam meningkatkan produktifitas. Banyak
manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan hari aksi ini. Kita akan mendapatkan
dukungan, pendampingan, atau termotivasi untuk fokus melakukan aksi yang luar
biasa atau melakukan aksi yang pada hari-hari biasa enggan kita lakukan atau bahkan
kita hindari karena kurang percaya diri atau karena penyebab lain. Hal-hal
seperti ini yang menurut saya menjadikan action
day, atau saya sebut dalam tulisan ini sebagai Hari Aksi, layak
dicobakembangkan di lingkungan sekolah.
Lalu, pertanyaannya adalah jika kegiatan Hari Aksi (action day) diimplementasikan di
lingkungan sekolah siapa sasaran utamanya dan bagaimana penerapannya? Bagaimana
pembiayaannya? Sekedar berbagi praktik baik, perkenankan saya menuliskan pengalaman
dalam melaksanakan kegiatan Hari Aksi ini.
Pelaksanaan Action Day di Sekolah
Keinginan untuk melaksanakan kegiatan Hari Aksi di sekolah
ini mulai terbersit seusai studi banding ke salah satu SMP negeri di Batu pada
tahun 2014. Keinginan tersebut baru terwujud pada akhir tahun ajaran 2018/2019,
meski belum berkelanjutan dan masih terbatas dalam trial and error untuk menemukan pola yang efektif. Ketika harus
pindah tugas, saya membawa konsep ini ke sekolah yang baru dan melakukan
koordinasi dengan tim kurikulum dan kesiswaan untuk penerapannya. Pada kurun
waktu ini, pelaksanaan Hari Aksi juga masih belum terprogram rutin, hingga
kegiatan ini terhenti karena pandemi.
Setelah pandemi benar-benar reda dan kegiatan persekolahan
berjalan penuh 100%, kami melanjutkan kembali pelaksanaan Hari Aksi secara berkala.
Konsep pelaksanaan Hari Aksi yang kami sepakati adalah sebagai berikut:
a. Hari Aksi (Action
Day) dilaksanakan pada hari Sabtu pekan terakhir setiap bulan, di jam
pelajaran ke 1 – 2;
b. Yang ditampilkan adalah program unggulan dari masing-masing
kegiatan ekstra kurikuler secara bergiliran (di saat itu ada 22 pilihan ekstra kurikuler).
Ini dimaksudkan agar setiap kegiatan ekstrakurikuler yang ada tetap termotivasi
untuk menjaga kualitas kegiatannya, mempertahankan eksistensinya, dan memiliki
target capaian yang jelas;
c. Para juara perlombaan, baik lomba antar kelas hingga lomba
tingkat propinsi/regional diwajibkan tampil untuk menunjukkan kompetensinya;
d. Siswa yang tidak ikut tampil, wajib menyaksikan tampilan
dan membuat laporan yang berisi ulasan/reviu dan kesan, atau komentar mereka
tentang tampilan di Hari Aksi tersebut. Format laporan bebas. Laporan boleh
dalam bentuk tulis atau video sesuai yang telah disepakati bersama wali kelas;
e. Pembiayaan diambilkan dari dana BOS dan didukung sumber
dana lain yang bersumber dari unit usaha sekolah yang ada.
Dalam perkembangannya,
kegiatan Hari Aksi tersebut mengalami pergeseran. Kegiatan yang semula
terjadwal dilaksanakan pada hari Sabtu pekan terakhir bergeser menjadi hari
Kamis, Jumat, atau Sabtu pada pekan terakhir secara bergantian. Dan
pelaksanaannya diubah menjadi dua bulan sekali. Jika pelaksanaan Hari Aksi
jatuh pada hari Jumat, maka dalam satu hari itu tidak ada pembelajaran di
kelas, karena pada jam pertama kegiatan Jumat Sehat tetap berjalan, dan
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Hari Aksi. Sesekali pelaksanaannya disertai
dengan kegiatan bazar oleh siswa. Terkadang pada Peringatan Hari Besar Nasional
(PHBN), kegiatan action day dijadikan
satu hari dengan kegiatan PHBN tersebut.
Perkembangan Karakter
Tampilan secara bertahap berkembang menjadi kegiatan yang dikemas
dalam bentuk Show Event dimana proses
perencanaan, penataan tempat, pengaturan manajemen waktu tampilan, dan
dokumentasi ditangani oleh para siswa. Guru dan tim kesiswaan secara bertahap
berganti peran menjadi pengarah kegiatan dan pendamping. Pembawa acara dibawakan
oleh para siswa dengan menggunakan dua bahasa (bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris), dan dalam perkembanganya disisipi dengan penggunaan bahasa Jawa. Untuk
urusan dokumentasi dan publikasi juga ditangani oleh siswa yang tergabung dalam
ekstrakurikuler content creator.
Dalam dua tahun terakhir kegiatan publikasi juga melibatkan siswa yang tergabung
dalam komunitas siswa penulis yang sudah terbentuk. Dan pada satu tahun
terakhir, sebelum saya pindah tugas, kegiatan Hari Aksi juga selalu diwarnai
dengan kegiatan Launching buku-buku
baru karya siswa dan guru. Alhamdulillah,
selama tiga tahun pendampingan, sudah berhasil terbit 32 judul buku antologi
dan karya tunggal dari siswa dan guru.
Dalam proses perkembangan pelaksanaan Hari Aksi ini,
karakter siswa semakin terarah. Keterampilan bekerjasama, tanggungjawab,
kreativitas, dan kemandirian semakin terbangun. Tanpa disadari siswa belajar
menjadi event organizer, master of
ceremony (MC), content creator, penulis
berita, fotografer, koreografer, hingga youtuber.
Ketika pelaksanaan Hari Aksi disertai kegiatan bazar, siswa juga secara tidak
langsung belajar pemasaran dan pengelolaan keuangan.
Dalam proses perencanaan, tim pelaksana terlibat dalam diskusi
perencanaan yang intens. Dalam proses ini terbangun kemampuan berkoordinasi,
bekerjasama tim, maupun kemampuan berkomunikasi menggerakkan teman-teman. Tim
pelaksana terdiri dari para pengurus OSIS, perwakilan MPK (Majelis Perwakilan
Kelas), dan perwakilan dari kegiatan ekstrakurikuler yang telah tampil pada
kegiatan Hari Aksi sebelumnya. Masih banyak soft
skill lain yang belum disebut di atas yang bisa ditumbuhkembangkan melalui
kegiatan action day ini.
Kendala dan Solusi
Sebagaimana pelaksanaan program lainnya, tentu
ada kendala yang kami alami dalam penerapkan kegiatan Hari Aksi di sekolah. Diantara
kendala tersebut adalah sebagai berikut:
Keluhan dari sebagian guru yang jam pelajarannya terpakai
untuk kegiatan Hari Aksi mapun jam pelajaran ketiga sehingga banyak siswa yang
tidak ikut pelajaran, terutama di awal pelaksanaan kegiatan mulai bermunculan.
Solusinya, kegiatan Hari Aksi digeser pada hari lain seperti tertulis di atas.
Kegiatan tetap dilaksanakan pada jam ke 1-2, dan jam istirahat pertama (karena
ada jam istirahat ke dua) dimajukan tepat setelah pelaksanaan Action Day.
Durasi waktu pelaksanaan berjalan lebih lama dari pada
alokasi yang direncanakan sebelumnya. Solusinya, di akhir kegiatan diadakan
refleksi bersama. Dalam beberapa kali pelaksanaan Hari Aksi dan Refleksi
disepakati bahwa Ketua tim dan bagian sie acara berhak menyeleksi tampilan
maupun mengurangi durasi tampilan. Tentu saja proses ini perlu didampingi waka
kesiswaan. Proses seleksi dilakukan maksimal satu minggu sebelum hari H
pelaksanaan Hari Aksi. Ekstrakurikuler yang terjadwal untuk tampil wajib mengirimkan
deskripsi ringkas kegiatan yang akan ditampilkan. Pengurangan durasi waktu
tampilan dilakukan melalui kesepakatan bersama pada saat gladi bersih sebelum
kegiatan Hari Aksi dilaksanakan.
Menjaga asa keberlanjutan pelaksanaan Hari Aksi juga
merupakan kendala tersendiri. Adakalanya semangat dari guru-guru yang tergabung
dalam tim kesiswaan maupun wali kelas tampak menurun. Untuk menyikapi hal ini,
saya selaku kepala sekolah mencoba untuk mengajak mereka untuk kembali
bersemangat mengawal pelaksanaan Hari Aksi. Ini saya lakukan baik dalam
kegiatan formal seperti morning briefing,
rapat waka dan staf, maupun melalui pendekatan personal dalam situasi ngobrol santai.
Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam menjaga
keberlangsungan kegiatan Hari Aksi juga kami lakukan melalui kegiatan yang saya
namakan Rabu Ceria. Kegiatan ini
merupakan pertemuan rutin saya dengan pengurus OSIS dan MPK yang dilaksanakan
setiap bulan, pada hari Rabu. Setiap siswa yang hadir bisa melakukan curah idea
(Ceria) dalam situasi yang tidak terlalu formal. Pertemuan ini dikemas dalam
bentuk dialog santai. Kegiatan ini saya manfaatkan untuk menggali data yang
berkaitan dengan kondisi pembelajaran maupun kondisi sekolah, usulan dan
harapan mereka, termasuk didalamnya respon siswa tentang pelaksanaan action day.
Penutup
Akhirnya, dari yang kami alami selama melaksanakan kegiatan
Hari Aksi secara berkelanjutan di sekolah, saya berkeyakinan bahwa banyak hal
positif yang dapat diambil dari pelaksanaan Hari Aksi atau Action Day. Kegiatan action
day yang dikelola secara efektif sesuai kondisi sekolah mampu memberikan
kontribusi yang signifikan dalam membangun karakter dan kreatifitas siswa. Pada
ujungnya, peningkatan karakter dan kreatifitas ini ikut membentuk budaya
sekolah yang posistif. Tentu saja dibutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua
warga sekolah untuk mewujudkan hal ini.
Penulis
Email: wwinarko@gmail.com
Waru, 27 juni 2024