Oleh: Ng. Tirto Adi MP.
Gerakan itu
didasarkan atas kenyataan dan kesadaran, bahwa pertama, hasil sigi Programme
for International Student Assessment (PISA), budaya literasi (Matematika,
Sains, dan Membaca) masyarakat Indonesia pada 2012 menempati urutan ke-64 dari
65 negara. PISA juga menempatkan posisi membaca siswa Indonesia pada urutan
ke-57 dari 65 negara. Kedua, hasil
ekspose sigi Unesco pada 2012 tentang index
of reading bangsa Indonesia berada pada angka 0,001. Artinya, setiap 1.000
penduduk Indonesia, yang benar-benar suka membaca hanya ada 1 orang.
Ketiga,
setelah keluarnya Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tertanggal 13 Juli 2015
tentang PBP (Penumbuhan Budi Pekerti) yang di dalamnya terdapat kewajiban
setiap hari bagi peserta didik untuk menggunakan waktu 15 menit sebelum hari
pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran, tidak kunjung
menjadi gerakan yang masif di sekolah/madrasah. Gerakan membaca serentak
sebagaimana dilakukan seperti di atas adalah sebagai starting point untuk menjadikan kegiatan membaca sebagai suatu common action atau gerakan bersama.
Pada
3 Januari 2017, ketika saya promosi dari Kabid Dikmen dan dilantik menjadi
Sekretaris Dinas Dikbud, atas seijin Kepala Dinas, saya menerima program
kemitraan tentang “implementasi literasi
finansial” dari PJI (Prestasi Junior Indonesia) yang bernama C-3 (Cha-Ching Curriculum). Program C-3 merupakan program pertama
kali di Indonesia (juga di level Asia Tenggara) dan Kabupaten Sidoarjo terpilih
sebagai daerah piloting. Program C-3
ini resmi diluncurkan pada 8 Maret 2017 oleh Wakil Bupati Sidoarjo (H. Nur
Ahmad Syaifudin, SH) berserta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Sidoarjo , JA (Junior Achievement) Asia Pasifik, Prestasi Junior Indonesia
serta Prudential.
Cha-Ching
Curriculum (C-3) adalah
program pendidikan pengelolaan keuangan/literasi keuangan bagi siswa sekolah
dasar yang fokus pada konsep dasar keuangan, yaitu mendapatkan (earn), menabung (save), membelanjakan (spend), dan menyumbang (donate). Tujuan program C-3 adalah
mengajarkan pada siswa konsep pengelolaan keuangan secara sederhana, yang
meliputi: a) perputaran uang di masyarakat; b) cara mendapatkan uang; c) manfaat
menyimpan uang (menabung); d) cara membelanjakan uang dengan bijaksana; dan e)
cara membantu orang lain (donasi atau bantuan). Penerima manfaat program C-3 (2017-2023)
di Kabupaten Sidoarjo, terperi atas: a) 365 SD Negeri dan 64 SD Swasta; b)
1.669 Guru Pengajar; dan c) 72.630 Siswa/i kelas 3 SD.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh PJI (Prestasi
Junior Indonesia) menunjukkan bahwa program
C-3 (Cha-Ching Curriculum)
berkontribusi pada peningkatan siswa tentang konsep dasar literasi keuangan
(Mendapatkan, Menabung, Belanja, dan Menyumbang). Selama pelaksanaan program C-3
di Sidoarjo selama 6 tahun ajaran mengalami peningkatan pengetahuan rata-rata
10%.
Atas keberhasilan implementasi literasi finansial
atau C-3 di Kabupaten Sidoarjo, berdasar penilaian lembaga donor JA Worldwide
(yang menaungi PJI) dan Kemendikbud RI, saya bersama guru terpilih (Yusha
Maliki, S.Pd, Guru SDN Tambak Kemeraan Krian [waktu itu]) diundang sebagai speaker pada forum “Educators Conference on Financial Literacy” tingkat Asia Pasifik di Putrajaya Malaysia, pada 4-5 Maret 2018,
untuk berbagi praktik baik atau best
practices. Sepulang dari Malaysia, saya juga diundang untuk berbagi praktik
baik tentang C-3 oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta yang berencana
mengimplementasikan secara masif di
wilayah ibu kota pada waktu itu.
Di samping mengawal terselenggaranya program C-3 (Cha-Ching Curriculum), seperti biasa
saya terus melakukan kegiatan membaca, menulis dan memenuhi berbagai undangan
sebagai narasumber/trainer terutama terkait dengan kegiatan literasi, manajemen
sekolah, dan pembelajaran inovatif. Selain itu juga aktif dalam komunitas
literasi nasional SPK (Sahabat Pena Kita) dan menggerakkan komunitas literasi
GBL (Gerakan Budaya Literasi) Sidoarjo.
Setelah mengikuti seleksi dan dinyatakan lolos tiga
terbaik --saat menjadi Sekretaris Dinas Pendidikan-- dalam asesmen JPTP
(jabatan pimpinan tinggi pratama) atau asesmen calon Kepala Dinas, tepatnya
pada 21 April 2020, saya dilantik sebagai Kepala Dinas Sosial. Saat menjadi
Kepala Dinas Sosial pun, kegiatan membaca, menulis, dan memenuhi undangan
sebagai narasumber/trainer tetap saya jalani. Meski fokus tulisan saya bergeser
dari persoalan pendidikan ke persoalan-persoalan sosial dan kemiskinan, di
samping juga tetap menekuni bidang pendidikan yang menjadi basicly saya. Beberapa artikel yang saya tulis, saat menjabat
sebagai Kepala Dinas Sosial, diantaranya: “JPS: Solusi Dampak Covid-19”
(Harian Bhirawa, 30 April 2020,
halaman 4); “Merdeka dari Kemiskinan, Sebuah Keniscayaan!” (Jawa Pos, 16 Agustus 2021, halaman 4).
Meski saya bertugas di Dinas Sosial, sekali lagi, aktifitas membaca dan menulis
tetap saya lakukan. Pesan yang hendak disampaikan adalah menulis pada dasarnya
dapat dilakukan oleh siapapun dan dengan tugas dimanapun atau apapun.
Tergantung pada kemauan (willingness)
dari persona yang bersangkutan.
Setelah satu
setengah tahun menjabat Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo (2020-2021) dan
kembali lagi ke habitat asal, yakni Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai
Kepala Dinas (mulai 21 Oktober 2021–sekarang), saya dan tim menggelar hajatan ALS (Anugerah Literasi Sidoarjo) 2021.
ALS 2021 dimaksudkan untuk mengetahui progress,
adakah kemajuan literasi baca-tulis yang signifikan setelah lima tahun
sebelumnya (2016) melakukan gerakan membaca serentak. ALS 2021 difokuskan pada
pencapaian karya buku cetak atau elektronik yang dihasilkan oleh siswa, guru,
kepala sekolah, pengawas, dan pegiat literasi masyarakat. ALS 2021
dikelompokkan dalam lima (5) kategori, yaitu: 1) siswa; 2) guru; 3) kepala
sekolah/pengawas; 4) pegiat literasi masyarakat; dan 5) institusi/lembaga
sekolah. Kategori siswa dan institusi/lembaga sekolah dibedakan lagi atas siswa
dan institusi/lembaga sekolah, jenjang: a) SD/MI sederajat; b) SMP/MTs
sederajat; dan c) SMA/SMK/MA sederajat. Sementara untuk kategori guru dan
kepala sekolah/pengawas tidak dibedakan atas jenjang, baik PAUD, SD, SMP, atau
SMA/SMK sederajat. Karya buku yang dinilaikan adalah karya buku yang ditulis
dalam rentang waktu mulai 2016 sampai dengan 2021.
Hasil penjurian
ALS 2021, cukup menggembirakan. Betapa tidak?! Akhirnya, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Sidoarjo bisa memetakan produktifitas berkarya (dalam hal ini, buku
cetak/elektronik) dari insan-insan pegiat literasi mulai dari siswa, guru,
kepala sekolah/pengawas, dan pegiat literasi masyarakat maupun sekolah/madrasah
yang aktif dalam menggelorakan GBL (gerakan budaya literasi). Dari jenjang
siswa SD/MI, muncul Humaira Iqtidar Elrokib (SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo)
sebagai Siswa Terbaik 1 dengan 7 karya buku. Siswa Terbaik 1 jenjang SMP/MTs
dimenangi oleh Bernessa Sukmayanti (SMP Negeri 1 Sedati) dengan 10 karya buku.
Vania Nariswari Wahyu Araminta (SMA Negeri 4 Sidoarjo) dinyatakan sebagai Siswa
Terbaik 1 dengan 16 karya buku.
Sementara,
untuk kategori guru, dimenangkan oleh Ariyani Purwaningsih (SDN Ketajen 2
Gedangan) sebagai Guru Terbaik 1 dengan 49 karya buku. Kategori Kepala
Sekolah/Pengawas Terbaik 1 dimenangkan oleh Rolis Awang Widodo (SDN Jemundo 1
Taman) dengan 42 karya buku. Kategori pegiat literasi masyarakat Terbaik 1
dimenangkan oleh Barbara Eni Priyanti dengan 51 karya buku. Kategori
institusi/lembaga sekolah Terbaik 1, masing-masing jenjang dimenangkan oleh: SD
Muhammadiyah 1 Sidoarjo (jenjang SD/MI sederajat); SMPN 6 Sidoarjo (jenjang
SMP/MTs sederajat); dan MA Bilingual Muslimat NU Sidoarjo (jenjang SMA/SMK/MA
sederajat) dengan karya masing-masing 22 judul buku, 229 judul buku, dan 33
judul buku.
Sebuah kebahagiaan yang demikian membuncah, ketika menyaksikan para siswa, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah, yang semula ragu dan tidak percaya diri dalam menulis, tetapi setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan secara sistemik dan miliu atau atmosfer kondusif yang disiapkan, akhirnya sekarang, menulis bagi insan pendidikan Sidoarjo menjadi habituasi baru yang menyenangkan (Bersambung).
BIODATA PENULIS:
Ng. Tirto Adi MP adalah Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang (2013). Penulis (lebih dari 250-an artikel terpublikasi) dan Trainer (lebih dari 270-an forum ilmiah) KTI, Manajemen Sekolah dan Pembelajaran Inovatif, diantaranya: Speaker pada Educators Conference on Financial di Putrajaya, Malaysia (2018) & Pembicara Publik (Narsum) pada Seminar "Penyiapan SDM Unggul" UPBJJ-UT Surabaya di Gedung ACC Unair Surabaya dengan audience lebih dari 1.000 peserta.
Studi Visit Manajemen Sekolah dan Pembelajaran Inklusi di Perth, Australia Barat (2014), Manajemen Sekolah dan Kesiswaan di Osaka, Jepang (2015), Manajemen Sekolah dan Pembelajaran Vokasi di Thailand (2015) dan Vietnam (2016).
Peraih 29 penghargaan/kejuaraan tingkat Kabupaten/Provinsi/Nasional, diantaranya: Juara 1 LKTI Tk Nasional, Integrasi Imtaq-Iptek (2001) & Juara 3 Kepala Sekolah (SMP) Berprestasi Tk Nasional (2008).
Pengarah/Koordinator Gerakan Budaya Literasi Sidoarjo, telah menulis 32 buku (Solo dan Antologi), diantaranya buku: A Good Leader Is A Good Reader :[Jejak Pemikiran dan Inspirasi Penggerak Literasi] (Penerbit Pagan Press, 2018) & Sense of Culture [Spektrum Pemikiran dalam Pemajuan Kebudayaan] (Nizamia Learning Center, 2020).
Penerima anugerah “Bapak Literasi Sidoarjo” dari Harian Bhirawa (12 September 2022) dan “Tokoh Penggerak Literasi Sidoarjo” dalam ajang Radar Sidoarjo Award (2023). Buku biografi-nya berjudul “Membingkai Mimpi, Menuai Harapan” telah diterbitkan PT Bumi Aksara Jakarta (November, 2023).
Mantan Kepala Bidang Pendidikan Menengah (2012-2017) & Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo (2017-2020). Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo (2020-2021). Dan kini: Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo (2021–sekarang).
The Founder Model Sekolah Literasi Indonesia (MSLI) Yayasan Tamaddun Afkar Sidoarjo-Jawa Timur.