INIS: WAHANA MEMBANGUN KARAKTER SISWA

Oleh: Sudarwanti, M.Pd.

Dialog antara ibu dan anak. Sang anak masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Ibu : Nak, kalau di sekolah jaga sikap dan perilaku lho ya… Hormati dan dengarkan apa yang disampaikan bapak dan ibu guru. Mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk pendidikanmu. Bersikaplah sopan dan santun pada mereka, supaya ilmumu manfaat dan penuh berkah. Begitu juga terhadap teman-temanmu, bersikaplah baik jangan semena-mena dan menang sendiri.

Anak : Lho ma, di sekolahku ada guru yang bicaranya jelek.  

Ibu : Ya ndak usah diikuti dan ndak usah didengar yang jelek tadi. Guru itu khan manusia, bisa salah dan khilaf. Atau mungkin ada temanmu yang bikin kesal bapak atau ibu guru. Sehingga keluar kata yang tidak seharusnya……..Tapi apapun alasannya, tetap lisannya dijaga untuk tidak berbicara buruk. Faham khan nak…..

Nasihat di atas sangat sederhana. Hal itu sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak. Nilai-nilai moral seperti sikap dan perilaku terhadap guru maupun terhadap sebayanya. Nasihat orang tua juga membantu anak memahami apa yang benar dan salah. Apa yang patut dan tidak patut. Hal ini dapat membimbing dan  membentuk karakter anak. Pun juga membantu anak-anak untuk tidak hanya berhasil dalam urusan akademis semata tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan karakter yang baik. 

Kontradiktif dengan nasihat ibu di atas, kasus kekerasan di lingkungan sekolah secara nasional dari tahun ke tahun mengalami peningkatan (Kompas, 29 September 2023). Kekerasan verbal, fisik, maupun pelecehan seksual yang melibatkan guru, siswa dan orang tua terus terjadi. Akibat yang ditimbulkan: trauma, masuk rumah sakit, masuk penjara sampai nyawa melayang. Fenomena ini seolah tidak bisa berhenti, terus dan terus ada. Kondisi ini harus menjadi alarm bagi dunia pendidikan. Kesadaran tentang nilai-nilai kemanusiaan perlu dikembangkan lebih serius di sekolah maupun di rumah, selain pranata sosial di masyarakat, tentunya.

Dari kejadian di atas, penulis perlu untuk mengulik kembali pengalaman selama menjadi guru di SMP Al Falah Deltasari Sidoarjo beberapa waktu lalu-an. Beraqidah mantap, berakhlak mulia dan berprestasi  berdasarkan Al Qur’an dan Al-Hadist merupakan visi dari lembaga Al Falah Deltasari. Untuk mewujudkan visi tersebut lembaga memiliki program dalam pembelajaran di kelas. Salah satu program tersebut bernama INIS. INIS kepanjaangan dari Integrasi Nilai Islam. INIS ini disosialisasikan sekitar tahun 2008-an. Tahun ajaran 2008-2009 serentak  dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Bagaimana proses pembelajaran di kelas berbasis INIS? Dalam proses pembelajaran di kelas, materi yang disampaikan dikaitkan dengan Al-Quran dan Hadist. Tujuan dari implementasi INIS dalam proses pembelajaran adalah pertama, membantu menanamkan nilai-nilai spiritual  dalam diri siswa.  Contoh dalam pelajaran bahasa. Mengaitkan kegiatan membaca dengan Al-qur’an surat Al-Alaq (1-5). Surat Al-Alaq merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW. Surat inilah yang merupakan tonggak peradaban dunia. Yakni, pentingnya membaca untuk memperluas wawasan pengetahuan.

Kedua, membangun karakter yang baik dan membentuk pola pikir Islami. Dengan mengajarkan materi pelajaran yang base of Islam religion, siswa diajarkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, sabar, taat dan sebagainya. Misal dalam pelajaran sejarah, kisah Nabi Yusuf yang penuh dengan kesabaran dan kejujuran dapat digunakan untuk mengajarkan pentingnya integritas. Contoh lain pada pelajaran Matematika, konsep kejujuran dalam perhitungan dan transaksi dapat diajarkan dengan mengaitkan ajaran Islam tentang ketepatan dan keadilan (QS Al-Mutaffifin:1-3)

Ketiga, mengajarkan hikmah dalam setiap pelajaran. Dalam pelajaran sains,  siswa belajar  berbagai fenomena alam dan prinsip ilmiah yang mengatur alam semesta. Dengan mengaitkan  materi  dengan ayat-ayat Al-Qur’an, guru dapat menekankan kebesaran  Allah dalam menciptakan alam semesta. Misalnya mempelajari tentang tata surya, guru dapat merujuk pada ayat yang menyebutkan tentang penciptaan langit dan bumi (QS. AL Mulk: 3-4). Hal ini tidak hanya memperkuat pemahaman ilmiah siswa tetapi juga menanamkan rasa takjub dan syukur atas kebesaran ciptaan Allah.

Memang tidak semua materi dalam mata pelajaran bisa merujuk pada Al-Qur’an dan hadist. Pengalaman penulis, ketika materi tidak bisa dikoneksikan dengan Al-Qur’an dan Hadist, penulis merujuk pada kata-kata bijak atau quotes dan kisah-kisah berhikmah. Memang sih tidak mudah, perlu ekstra keras untuk mewujudkan program ini. Dampak positif bisa sangat terasa sekali, terutama bagi penulis, karena kadar ketaqwaan bertambah.     

Untuk menyukseskan program INIS ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga asesmen. Dalam perencanaan, guru perlu mendesain modul ajar yang mengintegrasikan INIS ini. Program INIS sekalipun bagus, tidak akan berhasil jika tidak dimulai dari perencanaan yang bagus. Bukankah jika guru telah “berhasil merencanakan” modul ajar dengan baik, sama halnya dengan “merencanakan keberhasilan”?!

Setelah direncanakan dalam modul ajar, langkah berikutnya yang penting adalah mengimplementasikannya dalam pembelajaran nyata di kelas. Apalah artinya modul ajar yang bagus, jika dokumen perencanaan pembelajaran itu hanya sekadar sebagai kelengkapan administrasi belaka. Di sinilah perlunya guru untuk “melakukan apa yang telah di tulis”, dan pada even yang lain perlunya guru untuk “menulis apa yang telah dilakukan”.

Tahapan terakhir setelah implementasi INIS dalam pembelajaran adalah memunculkannya dalam tagihan asesmen. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran INIS sekaligus menguji tingkat pemahaman peserta didik, dalam asesmen juga perlu dimunculkan soal-soal yang mempertanyakan terkait hal ihwal tentang INIS. 

Dengan begitu, akan tampak bahwa pembelajaran itu –termasuk INIS—perlu direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistemik, by design bukan dilakukan sekenanya, by accident. Segala sesuatu yang direncanakan dengan baik, peluang untuk berhasil juga akan lebih besar dibanding sesuatu yang berjalan secara alami tanpa perencanaan. Nach?!

Previous Post Next Post