MEMBANGUN KARAKTER DENGAN KETELADANAN DAN APLIKASI JURNAL TERTIB SISWA

Sumber gambar: https://suryamalang.tribunnews.com
Oleh: Suharsono, S.Pd. M.Pd.

Kepala SMP Negeri 6 Sidoarjo
 

Suatu ketika, di saat pulang sekolah, pernah terjadi tindak perundungan antar siswa di dalam lingkungan sekolah. Dua siswa kelas VIII mengeroyok seorang siswa kelas VII. Kejadian berawal ketika selesai kegiatan sumatif akhir semester. Siswa kelas VII tersebut menyebut salah satu kakak kelasnya dengan perkataan yang tidak seharusnya.

Sebenarnya siswa kelas VII tersebut biasa saja, karena dia pendiam. Namun teman-teman kelas VIII nya yang kebetulan ada disampingnya tidak terima. Mengapa siswa kelas VII, berani mengolok kakak kelasnya. Maka terjadi upaya pengeroyokkan, namun masih sebatas kata-kata tidak sampai fisik.
Seorang guru yang kebetulan mengetahui kejadian segera melerai dan mendamaikan. Setelah berhasil di damaikan, akhirnya kerumunan itupun bubar dan meninggalkan sekolah, pulang ke rumahnya masing-masing.
Namun yang terjadi selanjutnya, besok paginya ibu dari siswa kelas VII tersebut datang kesekolah dan langsung menuju ke kerumunan anak-anak yang biasa duduk-duduk di taman sekitar lapangan sekolah, sambil berteriak-teriak “Siapa yang kemarin mengeroyok anak saya? Hai siapa ?“ katanya dengan nada penuh amarah. Ketika didekati guru untuk meredam emosi, guru tersebut malah didamprat juga dengan kata-kata yang tak kalah pedas.
Sang ibu tersebut akhirnya agak mereda amarahnya, gegara ada satu siswa putri yang kebetulan teman putranya, mohon maaf dan menjelaskan sesuatu. Bahwa kejadiannya sebenarnya diawali oleh kata-kata kurang pantas yang disampaikan putra ibu tersebut. Sebenarnya dia sendiri juga pernah jengkel karena pernah juga diperolok oleh nya. Akhirnya setelah di bujuk, ibu tersebut berkenan untuk menyelesaikan masalah di ruang BK bersama guru BK.
Nah, itulah sekelumit cerita tentang bagaimana kebiasaan kurang baik dari seseorang dapat menimbulkan permasalahan bagi lingkungannya. Kebiasaan yang lambat laun bisa menjadi karakter. Oleh karena itu penting sekali kita bersama memahami siswa kita dan mengarahkan mereka kepada kebiasaan dan karakter yang seharusnya.
Sekolah merupakan salah satu wadah dalam membentuk karakter generasi masa depan bangsa. Generasi yang diharapkan mampu dan penuh semangat untuk melanjutkan perjuangan mewujudkan cita-cita bangsa dan negara. Generasi yang memiliki karakter yang tangguh menghadapi tantangan perubahan jaman dengan tetap menampilkan karakter / jati diri-nya sebagai bangsa Indonesia.
Karakter  bangsa yang terkenal dengan budaya religius, toleransi, gotong royong, bersahabat dan bermartabat. Oleh karena itu sangat tepat ketika pemerintah melalui kementrian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi menggulirkan kurikulum merdeka yang tetap memperhatikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang bermuara pada harapan terwujudnya profil pelajar pancasila.  
Pembudayaan dan penguatan profil pelajar pancasila diimplementasikan di sekolah melalui program-program penguatan profil pelajar pancasila yang sering di sebut juga P5 dan kegiatan-kegiatan lain yang diprogramkan secara khusus, khas masing-masing sekolah.
Kegiatan terkait sudah banyak dilaksanakan sekolah. Apalagi jika dikaitkan dengan upaya sekolah untuk mengatasi tiga permasalahan yang masih sering terjadi di dunia pendidikan, yaitu perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi.
Sangat banyak kegiatan untuk menguatkan karakter siswa di SMP Negeri 6 Sidoarjo. Selain kegiatan rutin harian sapa dan salam pagi di gerbang sekolah. Kemudian aktifitas pembelajaran di kelas. Di perpustakaan, kantin sekolah, musholla, dll. Terdapat kegiatan unggulan di SMP Negeri 6 Sidoarjo yaitu sabtu berkarakter.
Kegiatan sabtu berkarakter meliputi kegiatan sabtu inspirasi, sabtu literasi, sabtu religi, sabtu bersih dan sehat. Dirancang dengan menerapkan pelibatan siswa dan bapak/ibu guru sebagai perancang dan pelaksana kegiatan secara bergantian. Siswa juga berlatih memiliki keberanian mengorganisasi kegiatan, berani tampil dan berbagi praktik baik dari aktifitas masing-masing dalam menggapai masa depan, termasuk berbagi tips sukses berprestasi.
Karakter yang diharapkan akan berkembang dan terkuatkan adalah enam dimensi profil pelajar Pancasila, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.
Namun permasalahan yang mengemuka adalah bagaimana memantau dan menilai perkembangan penguatan karakter pada masing-masing siswa. Terkadang guru menilainya hanya dengan pengamatan sehari-hari yang bersifat selintas. Bahkan jika ditanyakan data, biasanya akan kesulitan.
Oleh karena itu perlu ada suatu cara untuk mengatasinya. Agar para guru dapat mengikuti perkembangan setiap siswa setiap saat di sekolah. Perkembangan karakter atau perilaku siswa yang tampak mata dapat diperoleh setiap waktu. Ada data validnya. Yang dapat digunakan untuk pertimbangan penilaian sikap dan perilaku.
Setelah melaksanakan refleksi terhadap berbagai kegiatan tersebut dan harapan untuk dapat memperoleh data perkembangan penguatan karakter masing-masing siswa maka tim pengembang sekolah bersama tim informasi dan teknologi (IT) SMPN 6 Sidoarjo memprakarsai sebuah aplikasi sederhana yang diberi nama jurnal Tertib siswa (JTS).
JTS adalah sebuah aplikasi sederhana yang dirancang untuk dapat membantu guru dan kepala sekolah memperoleh data perkembangan karakter dari aktifitas harian siswa di sekolah secara online dan terkini. Data yang bisa di dapat tergantung dari input yang di berikan oleh bapak/ibu guru atau tenaga kependidikan ke sistem / aplikasi.
Aplikasi ini disebut sederhana karena memang mudah dalam operasionalnya. Berbasis web/sites yang diberdayakan oleh google workspace dan dapat diakses dengan mudah menggunakan perangkat handphone / smartphone android,  asal pada perangkat tersebut sudah terinstal browser seperti chrome, mozilla, dll. Informasi yang tersaji lengkap dan mudah dipahami.
Setiap aktifitas siswa mulai dari yang bernilai positif hingga yang negatif dapat dituliskan atau diinputkan di JTS. Yang dituliskan adalah aktifitas yang tak biasa dan yang luar biasa. Seperti berani tampil sebagai pemimpin upacara, menjawab pertanyaan dengan sangat lengkap dan tepat, mampu menjadi teladan/inspirasi teman-temannya, menolong teman yang sedang membutuhkan. Atau melakukan perundungan kepada temannya, berkata kasar/kotor, berkelahi, merusak fasilitas sekolah, masuk/pulang ke sekolah dengan melompat pagar, dll.
Setelah terinput di JTS maka data tersebut secara langsung dan terkini dapat langsung di lihat oleh yang mendapat akses, yaitu semua bapak/ibu guru, para wali kelas, wakil kepala sekolah hingga kepala sekolah. Jadi setelah data tampil dan dicermati, yang berkepentingan dapat mengambil tindakan sesuai yang dibutuhkan.
Misal terdapat info atau data ada anak yang berkelahi maka wali atau guru BK dapat segera saling berkoordinasi dan menindaklanjuti. Artinya asal sudah terekam datanya di JTS maka tidak ada bapak/ibu guru yang tidak mengetahui info tersebut. Maka bapak/ibu dapat segera bergerak sesuai dengan kapasitas dan tugasnya masing-masing.
JTS memang terbukti sangat membantu sekolah dalam turut serta membangun karakter siswanya. Memotret karakteristik dan kebutuhan siswa. Yang baik dapat terus ditumbuh kembangkan, yang kurang baik harus dapat di tindak lanjuti dengan pembinaan dan keteladanan. Selanjutnya upaya yang juga tidak kalah penting adalah membangun budaya positif di sekolah dan keteladanan. Budaya yang nantinya diharapkan dapat diterapkan oleh siswa tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan di lingkungan yang lebih luas.
Yang dimaksud dengan budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Hal itu dilakukan agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab.
Tujuan membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter anak. Adapun karakter yang diharapkan yaitu menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan nasional, seperti yang tercantum dalam Profil Pelajar Pancasila.
Budaya positif yang diaplikasikan melalui kebiasaan-kebiasaan sederhana dan diharapkan akan menjadi karakter siswa tersebut adalah membiasakan hadir ke sekolah tepat waktu, disambut dengan senyuman dan salam bapak ibu guru tentu akan membawa pengaruh bahagianya hati saat berada di sekolah.
Kehadiran bapak/ibu guru di kelas yang tampil rapi, penuh semangat dan ramah melayani aktifitas pembelajaran. Tersenyum penuh kasih sayang jika ada siswa yang masih kesulitan mengikuti pembelajaran. Profesional dalam melaksanakan pembelajaran, dengan aktifitas pembelajaran yang berpihak pada siswa, sehingga siswa menjadi nyaman dalam belajar dan terinspirasi untuk belajar lebih lanjut ketika sudah pulang dari sekolah.
Banyak hal yang bisa kita lakukan dan teladankan kepada para siswa kita. JTL hanyalah sebagian kecil dari upaya kita memperkuat karakter siswa dan segenap warga sekolah. Upaya besarnya adalah bagaimana kita tetap bersemangat dan terus bergerak bersama membangun bangsa dan negara kita, melalui tugas dan kewajiban kita masing-masing.
Terima kasih.

Previous Post Next Post