Suatu ketika, di saat pulang sekolah, pernah terjadi tindak
perundungan antar siswa di dalam lingkungan sekolah. Dua siswa kelas VIII
mengeroyok seorang siswa kelas VII. Kejadian berawal ketika selesai kegiatan
sumatif akhir semester. Siswa kelas VII tersebut menyebut salah satu kakak
kelasnya dengan perkataan yang tidak seharusnya.
Sebenarnya siswa
kelas VII tersebut biasa saja, karena dia pendiam. Namun teman-teman kelas VIII
nya yang kebetulan ada disampingnya tidak terima. Mengapa siswa kelas VII,
berani mengolok kakak kelasnya. Maka terjadi upaya pengeroyokkan, namun masih
sebatas kata-kata tidak sampai fisik.
Seorang guru yang
kebetulan mengetahui kejadian segera melerai dan mendamaikan. Setelah berhasil
di damaikan, akhirnya kerumunan itupun bubar dan meninggalkan sekolah, pulang
ke rumahnya masing-masing.
Namun yang terjadi
selanjutnya, besok paginya ibu dari siswa kelas VII tersebut datang kesekolah
dan langsung menuju ke kerumunan anak-anak yang biasa duduk-duduk di taman
sekitar lapangan sekolah, sambil berteriak-teriak “Siapa yang kemarin
mengeroyok anak saya? Hai siapa ?“ katanya dengan nada penuh amarah. Ketika
didekati guru untuk meredam emosi, guru tersebut malah didamprat juga dengan
kata-kata yang tak kalah pedas.
Sang ibu tersebut
akhirnya agak mereda amarahnya, gegara ada satu siswa putri yang kebetulan
teman putranya, mohon maaf dan menjelaskan sesuatu. Bahwa kejadiannya
sebenarnya diawali oleh kata-kata kurang pantas yang disampaikan putra ibu
tersebut. Sebenarnya dia sendiri juga pernah jengkel karena pernah juga
diperolok oleh nya. Akhirnya setelah di bujuk, ibu tersebut berkenan untuk
menyelesaikan masalah di ruang BK bersama guru BK.
Nah, itulah sekelumit
cerita tentang bagaimana kebiasaan kurang baik dari seseorang dapat menimbulkan
permasalahan bagi lingkungannya. Kebiasaan yang lambat laun bisa menjadi
karakter. Oleh karena itu penting sekali kita bersama memahami siswa kita dan
mengarahkan mereka kepada kebiasaan dan karakter yang seharusnya.
Sekolah merupakan
salah satu wadah dalam membentuk karakter generasi masa depan bangsa. Generasi
yang diharapkan mampu dan penuh semangat untuk melanjutkan perjuangan
mewujudkan cita-cita bangsa dan negara. Generasi yang memiliki karakter yang
tangguh menghadapi tantangan perubahan jaman dengan tetap menampilkan karakter
/ jati diri-nya sebagai bangsa Indonesia.
Karakter bangsa yang terkenal dengan budaya religius,
toleransi, gotong royong, bersahabat dan bermartabat. Oleh karena itu sangat
tepat ketika pemerintah melalui kementrian pendidikan, kebudayaan, riset dan
teknologi menggulirkan kurikulum merdeka yang tetap memperhatikan pendidikan
karakter. Pendidikan karakter yang bermuara pada harapan terwujudnya profil
pelajar pancasila.
Pembudayaan dan
penguatan profil pelajar pancasila diimplementasikan di sekolah melalui program-program
penguatan profil pelajar pancasila yang sering di sebut juga P5 dan
kegiatan-kegiatan lain yang diprogramkan secara khusus, khas masing-masing
sekolah.
Kegiatan terkait
sudah banyak dilaksanakan sekolah. Apalagi jika dikaitkan dengan upaya sekolah
untuk mengatasi tiga permasalahan yang masih sering terjadi di dunia
pendidikan, yaitu perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi.
Sangat banyak
kegiatan untuk menguatkan karakter siswa di SMP Negeri 6 Sidoarjo. Selain
kegiatan rutin harian sapa dan salam pagi di gerbang sekolah. Kemudian
aktifitas pembelajaran di kelas. Di perpustakaan, kantin sekolah, musholla,
dll. Terdapat kegiatan unggulan di SMP Negeri 6 Sidoarjo yaitu sabtu
berkarakter.
Kegiatan sabtu
berkarakter meliputi kegiatan sabtu inspirasi, sabtu literasi, sabtu religi,
sabtu bersih dan sehat. Dirancang dengan menerapkan pelibatan siswa dan
bapak/ibu guru sebagai perancang dan pelaksana kegiatan secara bergantian. Siswa
juga berlatih memiliki keberanian mengorganisasi kegiatan, berani tampil dan
berbagi praktik baik dari aktifitas masing-masing dalam menggapai masa depan,
termasuk berbagi tips sukses berprestasi.
Karakter yang
diharapkan akan berkembang dan terkuatkan adalah enam dimensi profil pelajar Pancasila, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5)
bernalar kritis, dan 6) kreatif.
Namun permasalahan
yang mengemuka adalah bagaimana memantau dan menilai perkembangan penguatan
karakter pada masing-masing siswa. Terkadang guru menilainya hanya dengan
pengamatan sehari-hari yang bersifat selintas. Bahkan jika ditanyakan data,
biasanya akan kesulitan.
Oleh karena itu perlu
ada suatu cara untuk mengatasinya. Agar para guru dapat mengikuti perkembangan
setiap siswa setiap saat di sekolah. Perkembangan karakter atau perilaku siswa
yang tampak mata dapat diperoleh setiap waktu. Ada data validnya. Yang dapat
digunakan untuk pertimbangan penilaian sikap dan perilaku.
Setelah melaksanakan
refleksi terhadap berbagai kegiatan tersebut dan harapan untuk dapat memperoleh
data perkembangan penguatan karakter masing-masing siswa maka tim pengembang
sekolah bersama tim informasi dan teknologi (IT) SMPN 6 Sidoarjo memprakarsai
sebuah aplikasi sederhana yang diberi nama jurnal Tertib siswa (JTS).
JTS adalah sebuah
aplikasi sederhana yang dirancang untuk dapat membantu guru dan kepala sekolah
memperoleh data perkembangan karakter dari aktifitas harian siswa di sekolah
secara online dan terkini. Data yang bisa di dapat tergantung dari input yang
di berikan oleh bapak/ibu guru atau tenaga kependidikan ke sistem / aplikasi.
Aplikasi ini disebut
sederhana karena memang mudah dalam operasionalnya. Berbasis web/sites yang
diberdayakan oleh google workspace dan dapat diakses dengan mudah menggunakan
perangkat handphone / smartphone android,
asal pada perangkat tersebut sudah terinstal browser seperti chrome,
mozilla, dll. Informasi yang tersaji lengkap dan mudah dipahami.
Setiap aktifitas siswa
mulai dari yang bernilai positif hingga yang negatif dapat dituliskan atau
diinputkan di JTS. Yang dituliskan adalah aktifitas yang tak biasa dan yang
luar biasa. Seperti berani tampil sebagai pemimpin upacara, menjawab pertanyaan
dengan sangat lengkap dan tepat, mampu menjadi teladan/inspirasi
teman-temannya, menolong teman yang sedang membutuhkan. Atau melakukan
perundungan kepada temannya, berkata kasar/kotor, berkelahi, merusak fasilitas
sekolah, masuk/pulang ke sekolah dengan melompat pagar, dll.
Setelah terinput di
JTS maka data tersebut secara langsung dan terkini dapat langsung di lihat oleh
yang mendapat akses, yaitu semua bapak/ibu guru, para wali kelas, wakil kepala
sekolah hingga kepala sekolah. Jadi setelah data tampil dan dicermati, yang
berkepentingan dapat mengambil tindakan sesuai yang dibutuhkan.
Misal terdapat info
atau data ada anak yang berkelahi maka wali atau guru BK dapat segera saling
berkoordinasi dan menindaklanjuti. Artinya asal sudah terekam datanya di JTS
maka tidak ada bapak/ibu guru yang tidak mengetahui info tersebut. Maka
bapak/ibu dapat segera bergerak sesuai dengan kapasitas dan tugasnya
masing-masing.
JTS memang terbukti
sangat membantu sekolah dalam turut serta membangun karakter siswanya. Memotret
karakteristik dan kebutuhan siswa. Yang baik dapat terus ditumbuh kembangkan,
yang kurang baik harus dapat di tindak lanjuti dengan pembinaan dan
keteladanan. Selanjutnya upaya yang juga tidak kalah penting adalah membangun
budaya positif di sekolah dan keteladanan. Budaya yang nantinya diharapkan
dapat diterapkan oleh siswa tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan di
lingkungan yang lebih luas.
Yang
dimaksud dengan budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan,
dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi
yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Hal itu dilakukan agar murid
dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung
jawab.
Tujuan membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter
anak. Adapun karakter yang diharapkan yaitu menjadi manusia dan anggota
masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan
nasional, seperti yang tercantum dalam Profil Pelajar Pancasila.
Budaya positif yang diaplikasikan melalui kebiasaan-kebiasaan sederhana dan
diharapkan akan menjadi karakter siswa tersebut adalah membiasakan hadir ke
sekolah tepat waktu, disambut dengan senyuman dan salam bapak ibu guru tentu
akan membawa pengaruh bahagianya hati saat berada di sekolah.
Kehadiran bapak/ibu guru di kelas yang tampil rapi, penuh semangat dan
ramah melayani aktifitas pembelajaran. Tersenyum penuh kasih sayang jika ada siswa
yang masih kesulitan mengikuti pembelajaran. Profesional dalam melaksanakan
pembelajaran, dengan aktifitas pembelajaran yang berpihak pada siswa, sehingga
siswa menjadi nyaman dalam belajar dan terinspirasi untuk belajar lebih lanjut
ketika sudah pulang dari sekolah.
Banyak hal yang bisa kita lakukan dan teladankan kepada para siswa kita. JTL
hanyalah sebagian kecil dari upaya kita memperkuat karakter siswa dan segenap
warga sekolah. Upaya besarnya adalah bagaimana kita tetap bersemangat dan terus
bergerak bersama membangun bangsa dan negara kita, melalui tugas dan kewajiban
kita masing-masing.
Terima kasih.