Hari
ini Selasa, tanggal 11 Juni 2024. Setelah mengikuti apel pagi di kantor, saya
naik ke ruang kerja. Baru saja laptop akan saya buka untuk melanjutkan
menyelesaikan laporan. Tiba -tiba teringat, ada apa di hari Selasa. Langsung
saya membuka pesan dalam telpon seluler. Melihat pesan beberapa hari lalu yang saya ingat adalah undangan. Benar
sekali, undangan purnawidya dari SMP Insan Cendekia Mandiri pukul 07.30 WIB.
Sampai
di ICM acara baru saja dimulai. Setelah beberapa sambutan selesai, tibalah
penyerahan hasil belajar kepada siswa. Setiap nama siswa yang dipanggil,
disebutkan cita – citanya. Calon pengusaha barbershop, pengusaha kuliner,
dokter spesialis kulit, ulama besar, cheef, TNI, atau hafidz Al Quran. Semua
mata menatap lulusan yang seratus persen laki- laki. Mengenakan jas hitam
dengan wajah percaya diri. Sesekali saya menengok ke belakang. Para orang tua
yang mendampingi mayoritas adalah ibu. Suasana haru, sambil menyeka air mata. Saya
pun terbawa suasana. Sebagaian besar
dari mereka adalah anak yatim.
Menyebutkan
cita – cita mereka adalah memvisualisasikan visi pribadi. Menanamkan
dalam benak atau angan mereka, agar selalu diingat. Ini merupakan satu diantara
implementasi dari Membangun Kapasitas
Belajar (MKB). SMP Insan Cendekia Mandiri telah menjalankan konsep Sekolah
Efektif. MKB Merupakan bagian dari konsep pengelolaan sekolah efektif. Membangun
cita-cita dan membuat siswa fokus meraih cita–cita adalah penguatan visi .
Setiap siswa membuat portofolio cita – cita bersama wali kelas.
Bertemu
dengan Direktur Yayasan Yatim Mandiri Bapak Drs. Margono beserta jajaran, Dewan
Pengawas, Dewan Pendidikan Yayasan yatim Mandiri pada saat ramah tamah. Dan
pada akhirnya kami terlibat diskusi. Bertukar informasi tentang konsep sekolah
toleransi dan Membangun Kapasitas Belajar melalui penguatan karakter. Bahkan
secara detail beliau menyampaikan timeline Implementasi MKB.
Kualitas
sebuah bangsa dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
daya manusia dapat diukur dari kualitas Pendidikan. Kualitas Pendidikan dapat
dilihat dari proses belajar mengajar di kelas. Dari berbagai data, kondisi kita
saat ini dapat dikatakan mengalami krisis pembelajaran. Dengan adanya sekolah,
tujuan utamanya adalah membangun karakter. Upaya yang dapat dilakukan adalah
memperbaiki pembelajaran dan memperbaiki manajemen.
Membangun
karakter berfungsi mengangkat potensi siswa tanpa batas menjadi prestasi.
Meletakan fondasi kehidupan. Mengarahkan pada pembelajaran yang efektif. Hal
ini dapat dilakukan guru melalui kegiatan menjelaskan, mengorkestra,
mengomentari dan modelling.
Terdapat
7 komponen karakter dari konsep membangun kapasitas belajar :
1. Visi pribadi yang kuat
2. Pola pikir positif
3. Kekuatan akhlak
4. Ketangguhan
5. Kecerdasan
6. Perilaku reflektif
7. Kemandirian dan kerjasama.
Karakter
moral terdiri dari Visi Pribadi, Pola Pikir Positif dan Akhlak. Karakter
Kinerja adalah ketangguhan, kecerdasan, berperilaku reflektif, serta kerjasama.
Paduan karakter moral dan karakter kinerja dijalankan dalam sistem dan bagaimana dapat diterapkan dengan baik.
Sehingga terwujud mutu pendidikan yang berkualitas.
Dalam
buku Total Quality Manajemen yang ditulis oleh Tenner and De Toro 1992, dijelaskan
bahwa mutu adalah penyediaan barang barang dan layanan layanan yang secara utuh
memenuhi harapan tersirat dan tersurat pelanggan eksternal maupun internal.
Dalam konteks persekolahan , Mutu adalah penyediaan layanan Pendidikan dan
pembelajaran yang secara utuh memenuhi harapan siswa, orang tua, Masyarakat,
Yayasan, pemerintah dan pengguna lulusan.
Sekolah
yang berkualitas adalah sekolah yang bisa menggapai visi sekolah. Bisa memenuhi
tujuan dan target Sekolah.
Sistem
manajemen sekolah dilaksanakan dengan baik. Objektif utama adalah pembinaan yang berkesinambungan. Dimana
seluruh personel sekolah Kepala Sekolah, Guru, Tenaga kependidikan di dalam
pendampingan pengawas sekolah menyelenggarakan program pembinaan berkelanjutan.
Peningkatan kualitas secara berkelanjutan.
Tiga prinsip yang sederhana dan efektif.
1. Costumer focus. Sangat konsen pada pelanggan
yaitu siswa yang selalu menjadi ingatan. Dalam keseharian selalu fokus
membicarakan tentang keadaan siswa selaku pelanggan utama.
2. Process Improvement. Selalu melakukan pembinaan proses,
layanan pembelajaran. Baik intrakurikuler, ekstrakurikuler. P5 atau pembiasaan.
3. Total Improvement. Keterlibatan secara menyeluruh
dari warga sekolah. Melibatkan pihak eksternal, orang tua, Masyarakat, komite,
Dunia usaha, Dunia industri, Tokoh dll.
Sudah
seharusnya sekolah-sekolah menerapkan atau selalu melakukan perbaikan secara kontinyu pada proses pembelajaran.
Dalam rangka memenuhi harapan siswa sebagai fokus dalam manajemen atau
pengelolaan sekolah. Perencanaan yang bagus berfokus pada visi. Pelaksanaan
yang tepat, selalu melakukan refleksi dan evaluasi. Selanjutnya melakukan proses
perbaikan secara berkesinambungan. Dan menentukan standar mutu baru yang lebih
tinggi dari yang sudah diraih.