Oleh: Ariyani Purwaningsih
Sidoarjo memiliki kisah historis sebagai pusat Kerajaan Jenggala. Tak
heran apabila jejak sejarahnya masih terbaca hingga sekarang. Bukti tersebut
berwujud candi, antara lain Candi Pari, Candi Sumur, Candi Dermo, Candi
Pamotan, Candi Medalem, dan Candi Tawang Alun masih bisa dinikmati kegagahan
dan pesonanya.
Selain itu jejak religi para ulama pun bisa diketahui
dengan adanya pesarean ulama yaitu pesarean KH. Ali Mas’ud di Pagerwojo yang
lebih dikenal dengan Mbah Ud. Ada pula makam Aulia Ulama Sono yang juga menjadi
peristirahatan terakhir para pejuang penyebaran agama Islam di Sidoarjo. Di
desa Kepetingan juga terdapat peristirahatan Dewi Sekardadu. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat Sidoarjo sangat kental dengan agama Islam.
Karenanya tidak mengherankan apabila banyak berdiri pondok pesantren di tanah
Jenggala ini.
Sebagai tlatah yang subur,
Sidoarjo juga memiliki produk pertanian unggulan berupa padi dan tebu. Sehingga
bisa kita jumpai banyaknya ladang tebu tersebar di wilayah ini. Pabrik gula pun
bertebaran untuk mengolah hasil perkebunan tersebut. Antara lain PG Candi,
Krembung, Tulangan, Watu Tulis, dan lain-lain. Meskipun saat ini seiring
perkembangan zaman pabrik gula di Sidoarjo mulai kehilangan eksistensinya,
namun masih bisa terbaca jejak manisnya. Bahkan adat budaya dalam prosesi
menjelang tanam tebu dan setelah panen
pun masih dilaksanakan sampai saat ini.
Daerah Sidoarjo yang
berbatasan dengan laut juga menghidupkan
potensi budidaya ikan air payau atau tambak. Hasil tambak andalan
Sidoarjo adalah udang dan bandeng. Karena merupakan produk andalan, tak
mengherankan apabila menjadi julukan untuk
Sidoarjo sebagai kota Udang.
Selain mengelolah tambak, sebagian penduduk Sidoarjo menggantungkan
hidupnya sebagai nelayan. Ini karena wilayah timur Sidoarjo berbatasan dengan
laut. Penduduk yang tinggal di sekitar laut juga masih melaksanakan tradisi nyadran
atau petik bumi sebagai tanda syukur.
Peristiwa pilu yang
menggemparkan juga pernah dialami oleh Sidoarjo, yaitu dengan terjadinya
Tragedi Lumpur Lapindo. Peristiwa tragis ini menjadi perbincangan nasional,
karena menenggelamkan beberapa desa sekaligus mengubur harapan dan mimpi
penghuninya. Banyak sekali kisah menyedihkan diantara drama perjuangan penduduk
yang memperjuangkan haknya.
Kuliner di Sidoarjo juga
sangat menarik untuk diulik. Antara lain kupang lontong, klepon Bulang, Kue
lumpur, ote-ote porong, dan bandeng asap sidoarjo. Olahan krupuk ikan pun
menjadi hasil produk andalan kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota
Pahlawan ini. Adat budaya khas yang bisa dinikmati antara lain adalah tradisi
nayub yang dilaksanakan saat akan mulai proses giling tebu di pabrik gula.
Tradisi ini diawali dengan arak-arakan sepasang tebu pengantin.
Selain mengolah sumber daya
alam yang ada, warga Kota udang ini juga memiliki berbagai keterampilan menarik
antara lain membatik, menyulam, memasang payet, dan membordir. Keterampilan ini
juga menjadi identitas yang sangat membanggakan sekaligus menghasilkan uang.
Maka akan dapat kita temui kampung-kampung dengan kekhasan masing-masing.
Cerita rakyat yang heroik
juga bisa dijumpai di Sidoarjo. Antara lain kisah perlawanan Sarip Tambak Oso
melawan penjajah Belanda. Selain menceritakan kepahlawanan kisah ini juga
mengandung unsur religiusitas yang tinggi, serta cinta tulus anak kepada
ibunya. Cerita ini sangat bagus dijadikan sebagai cerita karakter untuk anak.
Dengan gambaran tersebut
dapat dilihat bahwa di kota tercinta ini kesetraan gender sangat dijunjung
tinggi. Laki-laki dan perempuan mendapat kesempatan dan pekuang uyang sama
dalam menjalankan ibadah, menuntut ilmu, dan bekerja mencari nafkah. Maka tak mengherankan
bila masyarakat kabupaten berlogo udang bandeng ini terkenal sebagai masyarakat
religius, berilmu serta berwawasan terbuka.
Hal-hal menarik ini membuat
saya tertarik untuk mengabadikannya sekaligus mengenalkannya di wilayah yang
lebih luas. Karenanya saya menjadikannya dalam bentuk puisi yang terkumpul
dalam sebuah buku bertajuk Bumi Jenggala di Persimpangan Waktu. Buku ini mengisahkan segala hal tentang
Sidoarjo. Antara lain sejarah Sidoarjo dalam puisi Bumi Jenggala di
Persimpangan Waktu. Kisah Lumpur Lapindo terurai dalam puisi bertajuk Tembang
Sunyi Kampung Karam, Di Ujung Jari, serta Semburat Merah Saga di atas Rawa
Berdarah, serta Sepanjang Tanggul Lumpur Lapindo.
Jejak sejarah pun saya coba
rangkai dalam aksara. Terrangkai dalam puisi berjudul Tafakur di Candi Sumur,
Kisah Cinta Sepasang Candi, Elegi Candi Pari, Berayun di Candi Tawang Alun,
Dari Alun-alun Hingga Tawang Alun, Sepanjang Kali Karang Gayam, serta Sepanjang
Alir Sungai Brantas.
Masih banyak hal lain yang
bisa diulik dari Bumi Jenggala di Delta Sungai Brantas ini. Masih banyak hal
yang bisa digali untuk lebih mengenal kota tercinta. Karena semakin banyak yang
saya baca dan ulik , semakin saya tahu banyak hal yang belum diketahui. Dengan
buku kecil ini saya berharap bisa sedikit memberi gambaran tentang Sidoarjo
dari beragam sisi. Semoga akan semakin menggugah keingintahuan untuk menggali
semakin dalam beragam keunikan dan keistimewaan kota tercinta.
Buku sederhana ini saya persembahkan untuk
Kabupaten Sidoarjo tercinta. Buku ini menjadi salah satu mimpi yang terwujud
untuk mengenalkan Sidoarjo ke dunia yang lebih luas. Hal ini saya lakukan
dengan mengikutksertakan buku ini dalam Event Lomba Buku Puisi Tunggal tingkat
ASEAN yang diselenggarakan Perruas Jakarta pada penghujung tahun 2021.
Perkenankan saya menuliskan satu diantara puisi
dalam Buku Kumpulan Puisi bertajuk Bumi
Jenggala di Persimpangan Waktu.
Riwayat perjalanan darmamu
Anggun lenggang tapak jejak zaman
Sepanjang alir Kali Brantas
Penggembaraan kisah
Mengukir prasasti abadi
Tiada lekang dikikis waktu
Titah Sang Nata menjadi pembuka
Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Darmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa
Nama seharum bunga sebagai Raja Airlangga
Anugerahkan Bumi Jenggala kepada Ananda tercinta
Masa melaju roda waktu berputar
Sejarah lembaran menghamparkan alkisah
Tlatah subur pesisir Kali Brantas jadi telaga hasrat penjajah
Hasil bumi dan laut jadi lumbung tambak kekuasaan
Sumber kekayaan mengaliri kerongkongan nafsu
Dalam peti-peti upeti kompeni
Gerbang kemerdekaan terbuka
Bumi Jenggala menata diri
Tangan-tangan perkasa gegas bergerak
Memutar roda-roda kehidupan yang sempat tersendat
Laju ekonomi merangkak meningkat
Ladang-ladang tebu senandungkan rindu
Batang-batang gemuk menyimpan bulir-bulir manis
Tambak-tambak udamg dan bandeng luas terbentang
Sajikan pagelaran tarian anggun menawan
Tentang keelokan budi dan kesuburan tanah delta
Juga putih berkilau buliran garam di penampungan pesisir
Pancarkan semangat juang berkilau nir pudar
Hijau kuning bulir padi pun ranum mengalun
Senandungkan puja puji syukur dalam khusuk tafakur
Bumi Jenggala di persimpangan waktu
Membingkai perjalanan kisah
Biru kelabu, ungu, merah dadu
Jadi nawala padu dan utuh
Dalam pengembaraan jalma lumaku
Meniti buih kehidupan
Nuju satu tujuan
Pesisir pantai harapan
Palwaka musti terus didayung
Mumpung angin mengalun anggun
Arungi samudera hidup dan kehidupan
Usah ragu meski menghadang taufan
Dermaga tujuan telah pasti
Sejahtera dalam rengkuh damai peluk Sang Maha Segala
Gemah ripah loh jinawi
Bukan slogan kosong nir makna
Terejahwanta nyata di persada Bumi Jenggala
(Ktj, 22.07,2021)
Demikianlah membingkai Bumi Jenggala dalam aksara.
Semoga bisa memberi sekilas gambaran tentang kota tercinta. Semakin menumbuhkan
cinta dan merimbunkan kasih untuk terus mengabdi dan berbakti. Menjadikan
Sidoarjo semakin luas dikenal dunia dengan segala hal unik di dalamnya.
Tertarik untuk mengeksplore lebih dalam tentang Sidoarjo? Yuk mulai dari
sekarang!