Oleh:Titien Hardiana
Di tengah
gemuruh kota dan hiruk-pikuk modernisasi, Sidoarjo berdiri kokoh dengan segala
kekayaan kearifan lokalnya. Di setiap sudut kota, jejak budaya yang penuh warna
dan makna masih terasa hangat. Ada seni tari oyek kupang, reog Cemandi yang
gemulai dan tegas menunjukan daya juang masyarakat yang tinggi.
Budaya
Masyarakat Sedekah Bumi, Nyadran, yang masih kita jumpai.Musik gamelan yang
merdu, dan patrol yang memikat hati. Di pasar tradisional, dan pinggir jalan
banyak kita jumpai makanan. Aroma gurih bandeng asap,kupang lontong, ote - ote
porong, krupuk udang dan sate kerang menggelitik selera. Mengingatkan kita pada
kelezatan warisan kuliner yang tak lekang oleh waktu.
Namun, di
balik gemerlap kemajuan, ada kekhawatiran yang merambat pelan. Kearifan lokal
yang begitu berharga perlahan tersisih, terselip di antara kepingan modernitas
yang tak terelakkan. Melihat ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo
bertekat menanamkan berbagai kebijakan yang menjadikan kearifan lokal sebagai
bagian tak terpisahkan dari Pendidikan.
Kearifan
lokal adalah pandangan hidup dan ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka.
Berdasarkan definisi di atas saya akan menarasikan salah satu kearifan
lokal yang tumbuh dan membudaya masyarakat
Sidoarjo. Khususnya yang berada di daerah pertambakan.
Sebuah tradisi atau kebiasaan masyarakat di Desa Banjar Panji kecamatan
Tanggulangin. Menggambarkan nilai kearifan lokal yang masih terjaga dengan
baik. Kebiasaan ini dilakukan dengan harmonis, dan penuh kebahagiaan.
Pemandangan ini dapat dijumpai pada saat petani tambak jatuh tempo panen ikan. Ketika
mendapatkan informasi panen, dini hari pengais ikan berbondong – bondong,
datang. Tradisi ini mereka sebut merek iwak.
Merek iwak adalah
kegiatan mengais sisa sisa ikan pada saat panen. Dilakukan oleh Masyarakat
sekitar yang mata pencahariannya memancing ikan. Hasil tangkapan yang tidak
pasti diperoleh setiap hari. Sehingga dengan adanya panen, harapan besar mereka
dapat mengais rejeki.
Di bantaran tambak mereka berkumpul. Duduk berjam - jam menunggu air
surut dikuras pompa. Sambil bercanda, berharap banyak ikan yang akan di dapat.
Ikan sisa panen yang tertinggal yang
mereka anggap sebagai hama. Dan menyebutnya dengan mujair cepret. Dengan
tekstur lebih kecil, sisik hitam namun rasa lebih gurih.
Begitu air surut dan pemilik tambah selesai memanen, saatnya tiba.
Petani tambak memperbolehkan turun dan mengambil sisa ikan. Dengan mengenakan
celana pendek, di tangan membawa erek. Mereka berlari cepat mengais ikan sebanyak banyaknya. Kerja keras,
kesabaran, kebersamaan , saling berbagi dan toleransi terpancar disana. Tawa
dan canda lepas menandai kebahagiaan mereka. Meskipun sekujur tubuh berlumur
lumpur.
Petani tambak meyakini bahwa ini adalah hama yang masuk melalui aliran
sungai. Bibitnya tidak mungkin dihalangi
masuk ke area tambak. Karena begitu petani tambak melakukan pengisisan air,
bibit mujair cepret secara otomatis masuk.
Kebiasaan merek iwak memiliki
hubungan symbiose mutualisme. Pemilik tambak sangat terbantu dengan tradisi
ini. Tanpa harus membayar orang untuk membersihkan. Tambak bisa bersih dari
hama dalam waktu sekejap. Sementara bagi pengais ikan hasil tangkapan, bisa
dijual untuk mendapatkan penghasilan. Ada yang olah menjadi ikan asin atau
dikonsumsi sendiri.
Salah satu strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan
oleh masyarakat lokal. Dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan hidup.Sebuah fenomena sosial, berbagi antara yang kaya
dengan masyarakat kecil.Dengan kearifan lokal yang dimiliki dan dilestarikan, mampu
bertahan hidup.
Melalui
kebijakan yang terarah dan usaha yang tak kenal lelah, Sidoarjo berusaha
memastikan bahwa setiap siswa bukan hanya mengenal, tetapi juga mencintai dan
bangga akan kearifan lokal yang mereka miliki.
Menanamkan
karakter tidak cukup dengan melakukan pada saat tertentu. Namun harus dilakukan
terus menerus. Melalui berbagai strategi yang sesuai. Serta dampak yang
berarti. Peran sekolah untuk mewujudkan ini sangat besar.
Mengembangkan
program Kokurikuler serta pembiasaan menggunakan baju daerah sidoarjo
.Pembiasaan sehari menggunakan Bahasa daerah Sidoarjo. Masing - masing sekolah
memiliki branding atau mascot yang diambil dari kearifan lokal
daerah sekitar. Ini beberapa contoh sederhana.Dan masih banyak ide yang bisa dilakukan.Tantangan
terbesar adalah konsisten
Kearifan
lokal, mengajarkan nilai kerjasama, ekonomi, sosial dan budaya. Serta masih
menunggu untuk dihidupkan kembali. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo
terus berusaha, merancang kebijakan
menggali dan mengangkat kearifan lokal yang ada.Tentu saja hal ini bukan
hanya tanggung jawab pemerintah.
Namun,
seluruh lapisan Masyarakat. Undang- Undang Pemajuan Kebudayaan no.5 tahun 2017
membahas salah satu unsur kebudayaan atau nilai tradisi. Yang masih perlu dilestarikan
yaitu kekayaan intelektual tersembunyi diantara tradisi. ( local genius
).Oleh sebab itu semua kebijakan tentang kebudayaan harus melibatkan masyarakat
pengampu.
Dengan
demikian, warisan budaya yang kaya ini akan terus hidup dan berkembang,
menjadikan Sidoarjo tempat yang unik dan penuh makna, tidak hanya bagi warganya
tetapi juga bagi dunia. ( Titien Hardiana, 110724 )