Pelajaran Berharga di 3.142 Mdpl

Oleh: Insiyah

          Puji Syukur kehadirat Ilahi Robbi tiada batas. Diusia tak lagi  muda Allah kasih kemudahan berkegiatan,Kesehatan yang luar biasa untuk bekal kita beribadah. Bermula  seorang teman menawari untuk ikut trip  di gunung tercantik se Jawa.

            Kurang dari dua bulan persiapan fisik agar Impianku tercapai, prepare keperluan pribadi harus sudah siap jauh hari agar tidak menyesal saat pendakian nanti. Pelaksanaan technical meeting dilaksanakan agar satu visi dan tidak miss konsepsi dalam perjalanan nanti.

            Taman Nasional Merbabu destinasi yang menantang saat ini, selain gunung tercantik se Jawa dan bersih asri alamnya, bila berswa foto tidak pernah gagal pasti indah hasilnya. Diawali dengan pendaftaran yang cukup rumit kita ber delapan siap mendaki dengan segala aturan dan ketentuan yang berlaku, membawa sampah Kembali turun dan larangan keras membawa miras itu satu diantara syarat yang harus di patuhi.

            Saat keberangkatan sudah ditentukan jam dan titik kumpul, kita semua berangkat menuju Lokasi sekitar jam 22.45. sampai basecamp  pukul 04.15 pagi. Istirahat sejenak persiapan sholat,mandi dan makan pagi. Tepat jam 08.30 kita Bersiap menuju Pos 1 via Selo Gancik, dengan berjalan ber iringan kita menuju pos 2, medan cukup menantang dengan bantuan trek poll bagi kaum tua sangat membantu agar tidak jatuh atau terpeleset.

            Sampai di pos 2 jalan makin menanjak dan licin, vegetasi sekitar masih ilalang yang cukup lebat, masih belum bisa menikmati pemandangan karena cukup rimbun dan jarak pandang masih tertutup kabut, menjelang siang kabut merangkak naik. Suasana cukup syahdu sepanjang perjalanan bersua dengan pendaki lain, saling tegur sapa sesama pecinta alam, saling mendoakan keselamatan dalam perjalanan itulah yang kutemui sepanjang perjalanan.

            Dari pos 2 lanjut pos 3 yang areanya lebih tinggi lagi, Lokasi sudah mulai terbuka, alam bebas sudah bisa dinikmati samar-samar tertutup kabut tapi alam masih menampakkan pesonanya. Jarak pandang semakin dekat, hanya suara sebagai penanda bila didepan ada orang yang mau lewat, disitulah kebersamaan dikuatkan untuk saling menjaga dan tetap dalam satu rombongan.

            Tepat pukul 14.15 kami sampai di pos 3 tempat kami mendirikan tenda, semangat gotong royong agar segera terselesaikan karena angin sangat kencang. Kami berdelapan, dua sudah berusia lanjut termasuk saya enam masih sangat belia, bahkan ada yang masih duduk di kelas 9, ada yang sudah memulai kerja menjadi barista di sebuah café ternama di Surabaya.

            Pos 3 yang tadinya lengang menjelang sore banyak sekali rombongan datang, rata-rata semua berusia masih muda, dan banyak diantara mereka laki-laki Sebagian besar mereka pecinta alam. Semakin senja view  semakin cantik dan memanjakan netra untuk menikmatinya. Sungguh kuasa Allah maha luas,keindahan tiada banding, hanya ucap Syukur dalam hati tak menyangka di usia tak lagi hijau di amanahkan Kesehatan yang luar biasa.

            Setelah puas berkeliling di pos 3 kami menyiapkan masakan untuk makan malam, udara sudah merangkak minus 3 dan dinginnya menusuk tulang, walau badan sudah terbungkus thermal blanket  peralatan penghangat badan sudah siap, jaga-jaga bila ada yang terkena Hipotermia. Kita semua masuk tenda karena badai angin menghampiri dan flysheet sudah terpasang kuat untuk melindungi agar tenda aman dari terpaan angin.

            Tepat pukul 03.15 dini hari kami bersiap untuk summit dengan logistic yang sudah dipersiapkan kita semua berangkat, karena berangkatnya malam maka diperlukan head lamp agar tak kesulitan dalam perjalanan. Diantara peserta saya yang paling tua dan sudah mengalami osteoporosis jadi harus ekstra hati-hati dalam berjalan, lutut sudah memakai dekker yang berlapis, trackpoll semua sudah di siapkan untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

            Menjelang subuh kita menepi berhenti untuk melaksanakan sholat, dengan melakukan tayamum untuk bersuci. Saya berjamaah dengan pendaki lain di alam terbuka, di sabana 1 yang luas dan anginnya sangat kencang. Dengan pakaian lengkap kami sholat di atas padang rumput yang luas hanya beralas plastic yang kami bawa.

            Suasana semakin syahdu walau dingin menusuk tulang, tak terasa air mata ini tumpah merasakan betapa nikmatnya sholat di alam terbuka beralas bumi dan ber atap  langit sungguh nikmat yang tiada tara. Diatas rumput ilalang kami bersujud tunduk sebagai hamba yang penuh khilaf. Tak pernah kurasakan senikmat ini dalam menjalankan sholat.

            Menuju puncak harus mendaki dua bukit yang lumayan sampai merangkak untuk mencapai atas dan turun di sabana 2, tracking ke puncak dari sabana 2 cukup terjal dan kemiringan yang cukup membuat waspada, walau jurang tak terlalu dalam miris juga kalau sampai jatuh. Kanan kiri sepanjang perjalanan rimbun dengan pepohonan bunga edelweis

            Tepat pukul 11.20 tibalah kami di puncak kentengsongo (3122Mdpl), ucap Syukur tiada terkira bisa sampai juga di tempat ini, susah payah kuberjalan tanpa henti, 9 jam bukan waktu yang sebentar untuk usia seperti aku. Selanjutnya mendaki lagi sampailah di puncak merbabu 3.142Mdpl.

            Puncak gunung Merbabu yang elok tiada tara, di sana bisa kulihat gugusan gung berbaris indah. Ada gunung lawu, gunung sindoro, gunung sumbing terlihatnya terlihat jelas tegap menjulang.

            Kisah pendakian ini akan kukenang, syarat akan Pelajaran kehidupan setinggi apapun keinginanmu tetap akan turun dan Kembali. Tanpa kebersamaan, gotong royong saling pengertian tak mungkin semua Impian akan tercapai. Kuncinya sabar dan tetap lalui prosesnya. Dalam sebuah pendakian bukan siapa paling cepat saat summit tapi siapa teman seperjalanan kita yang mau menunggu kita sampai puncak.

            Sabar tawakkal dan tetap ber proses adalah kunci utama dalam meraih Impian.

(Salam pendaki jompo 04 Juli 2024 . 23:00)

Previous Post Next Post