Oleh: Insiyah
Puji Syukur kehadirat
Ilahi Robbi tiada batas. Diusia tak lagi
muda Allah kasih kemudahan berkegiatan,Kesehatan yang luar biasa untuk
bekal kita beribadah. Bermula seorang
teman menawari untuk ikut trip di
gunung tercantik se Jawa.
Kurang dari dua bulan persiapan
fisik agar Impianku tercapai, prepare keperluan pribadi harus sudah siap
jauh hari agar tidak menyesal saat pendakian nanti. Pelaksanaan technical
meeting dilaksanakan agar satu visi dan tidak miss konsepsi dalam
perjalanan nanti.
Taman Nasional Merbabu destinasi
yang menantang saat ini, selain gunung tercantik se Jawa dan bersih asri
alamnya, bila berswa foto tidak pernah gagal pasti indah hasilnya. Diawali
dengan pendaftaran yang cukup rumit kita ber delapan siap mendaki dengan segala
aturan dan ketentuan yang berlaku, membawa sampah Kembali turun dan larangan
keras membawa miras itu satu diantara syarat yang harus di patuhi.
Saat keberangkatan sudah ditentukan
jam dan titik kumpul, kita semua berangkat menuju Lokasi sekitar jam 22.45.
sampai basecamp pukul 04.15 pagi.
Istirahat sejenak persiapan sholat,mandi dan makan pagi. Tepat jam 08.30 kita
Bersiap menuju Pos 1 via Selo Gancik, dengan berjalan ber iringan kita menuju
pos 2, medan cukup menantang dengan bantuan trek poll bagi kaum tua
sangat membantu agar tidak jatuh atau terpeleset.
Sampai di pos 2 jalan makin menanjak
dan licin, vegetasi sekitar masih ilalang yang cukup lebat, masih belum bisa
menikmati pemandangan karena cukup rimbun dan jarak pandang masih tertutup
kabut, menjelang siang kabut merangkak naik. Suasana cukup syahdu sepanjang
perjalanan bersua dengan pendaki lain, saling tegur sapa sesama pecinta alam,
saling mendoakan keselamatan dalam perjalanan itulah yang kutemui sepanjang
perjalanan.
Dari pos 2 lanjut pos 3 yang areanya
lebih tinggi lagi, Lokasi sudah mulai terbuka, alam bebas sudah bisa dinikmati
samar-samar tertutup kabut tapi alam masih menampakkan pesonanya. Jarak pandang
semakin dekat, hanya suara sebagai penanda bila didepan ada orang yang mau
lewat, disitulah kebersamaan dikuatkan untuk saling menjaga dan tetap dalam
satu rombongan.
Tepat pukul 14.15 kami sampai di pos
3 tempat kami mendirikan tenda, semangat gotong royong agar segera terselesaikan
karena angin sangat kencang. Kami berdelapan, dua sudah berusia lanjut termasuk
saya enam masih sangat belia, bahkan ada yang masih duduk di kelas 9, ada yang
sudah memulai kerja menjadi barista di sebuah café ternama di Surabaya.
Pos 3 yang tadinya lengang menjelang
sore banyak sekali rombongan datang, rata-rata semua berusia masih muda, dan
banyak diantara mereka laki-laki Sebagian besar mereka pecinta alam. Semakin
senja view semakin cantik dan
memanjakan netra untuk menikmatinya. Sungguh kuasa Allah maha luas,keindahan
tiada banding, hanya ucap Syukur dalam hati tak menyangka di usia tak lagi
hijau di amanahkan Kesehatan yang luar biasa.
Setelah puas berkeliling di pos 3
kami menyiapkan masakan untuk makan malam, udara sudah merangkak minus 3 dan
dinginnya menusuk tulang, walau badan sudah terbungkus thermal blanket peralatan penghangat badan sudah siap,
jaga-jaga bila ada yang terkena Hipotermia. Kita semua masuk tenda
karena badai angin menghampiri dan flysheet sudah terpasang kuat untuk
melindungi agar tenda aman dari terpaan angin.
Tepat pukul 03.15 dini hari kami bersiap
untuk summit dengan logistic yang sudah dipersiapkan kita semua
berangkat, karena berangkatnya malam maka diperlukan head lamp agar tak kesulitan
dalam perjalanan. Diantara peserta saya yang paling tua dan sudah mengalami osteoporosis
jadi harus ekstra hati-hati dalam berjalan, lutut sudah memakai dekker yang
berlapis, trackpoll semua sudah di siapkan untuk menghadapi segala
kemungkinan yang terjadi.
Menjelang subuh kita menepi berhenti
untuk melaksanakan sholat, dengan melakukan tayamum untuk bersuci. Saya
berjamaah dengan pendaki lain di alam terbuka, di sabana 1 yang luas dan
anginnya sangat kencang. Dengan pakaian lengkap kami sholat di atas padang
rumput yang luas hanya beralas plastic yang kami bawa.
Suasana semakin syahdu walau dingin
menusuk tulang, tak terasa air mata ini tumpah merasakan betapa nikmatnya
sholat di alam terbuka beralas bumi dan ber atap langit sungguh nikmat yang tiada tara. Diatas
rumput ilalang kami bersujud tunduk sebagai hamba yang penuh khilaf. Tak pernah
kurasakan senikmat ini dalam menjalankan sholat.
Menuju puncak harus mendaki dua
bukit yang lumayan sampai merangkak untuk mencapai atas dan turun di sabana 2,
tracking ke puncak dari sabana 2 cukup terjal dan kemiringan yang cukup membuat
waspada, walau jurang tak terlalu dalam miris juga kalau sampai jatuh. Kanan
kiri sepanjang perjalanan rimbun dengan pepohonan bunga edelweis
Tepat pukul 11.20 tibalah kami di
puncak kentengsongo (3122Mdpl), ucap Syukur tiada terkira bisa sampai juga di
tempat ini, susah payah kuberjalan tanpa henti, 9 jam bukan waktu yang sebentar
untuk usia seperti aku. Selanjutnya mendaki lagi sampailah di puncak merbabu
3.142Mdpl.
Puncak gunung Merbabu yang elok
tiada tara, di sana bisa kulihat gugusan gung berbaris indah. Ada gunung lawu, gunung
sindoro, gunung sumbing terlihatnya terlihat jelas tegap menjulang.
Kisah pendakian ini akan kukenang, syarat
akan Pelajaran kehidupan setinggi apapun keinginanmu tetap akan turun dan
Kembali. Tanpa kebersamaan, gotong royong saling pengertian tak mungkin semua
Impian akan tercapai. Kuncinya sabar dan tetap lalui prosesnya. Dalam sebuah
pendakian bukan siapa paling cepat saat summit tapi siapa teman seperjalanan
kita yang mau menunggu kita sampai puncak.
Sabar tawakkal dan tetap ber proses adalah
kunci utama dalam meraih Impian.
(Salam
pendaki jompo 04 Juli 2024 . 23:00)