Oleh: Amaliah
Jika Anda datang ke Candi Pari di Porong, Anda akan
menemukan candi lainnya. Letaknya agak
masuk ke gang kecil, yang terletak di seberang Candi Pari. Candi tersebut lebih
kecil ramping dari candi Pari. Namun
menjulang ke atas untuk reliefnya, dan dalam ke sumurnya. Candi itu disebut Candi Sumur. Dahulu, tempat itu adalah sebuah sumber
sebagai pengairan sawah saat musim kering. Candi yang dinamakan sumur ini
dibangun bersamaan dengan Candi Pari. Candi inilah yang menginspirasi para guru
dan siswa SMPN 3 Porong, Sidoarjo untuk menc,iptakan sebuah tarian tradisional
pada tahun 2022. Judul karya tari tersebut adalah "Chandani Ing
Sumur".
Para penari menceritakan kisah, bagaimana sumur tersebut
dinamakan dengan Candi Sumur. Dalam penampilan tari Chandani Ing Sumur, ada
enam penari. Mereka mengenakan kostum tradisional indah. Atasan berwarna oranye, dan bawahan rok batik
cokelat. Mereka juga mengenakan selendang tari hijau di pinggang. Dengan mengayunkan
selendang, dan lemah lembut indah menari membawakan sebuah kisah. Kisah dari tarian ini berasal dari seorang wanita
cantik bernama Nyi Rara Walang Angin.
Kata “Chandani”
berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti ‘putri yang cantik’. Sumur adalah
tempat Nyi Rara Walang Angin melakukan moksha, yaitu Candi Sumur. Moksha adalah
hidup bebas dari ikatan duniawi dan bebas dari reinkarnasi. Nyi Rara Walang Angin Bersama sang suami memiliki
semangat yang luar biasa dalam bertani. Mereka berdua membantu Masyarakat di
daerah yang kering kerontang hingga berhasil bercocok tanam. Hasil panen di
simpan dalam lumbung yaitu candi Pari. Sedangkan pengairan di ambil dari sumur
yang telah mereka buat.
Hal itu membantu kerajaan Majapahit tertarik sebab berhasil
mengatasi masalah kelaparan. Raja Majapahit tertarik, meminta mereka untuk
pindah ke pusat Kerajaan. Namun, Putri Walang Angin memilih untuk tidak meninggalkan
desa tersebut. Mereka tidak menginginkan
menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Mereka mendedikasikan dirinya untuk
hidup sederhana di rumah sederhana. Sumur ini adalah tempat menghilangnya. Candi pari atau Candi 'Lanang' merupakan
tempat menghilangnya Joko Pandelegan, sedangkan Candi Sumur ini disebut juga
dengan Candi 'Wedok' yang merupakan tempat moksa Nyi Rara Walang Angin, yaitu
istri dari Joko Pandelegan. Kedua candi tersebut adalah simbol dari kesuburan
desa setempat.