(SMPN 2 SUKODONO)
Seni adalah suatu ciptaan manusia tumbuh dan berkembang sesuai perkembangan
zaman disinilah peran manusia selaku
pencipta, dan penikmat seni. Terdapat berabagai macam seni yang dapat
mengungkapkan perasaan manusia. Seni
dapat menyampaikan perasaan, memberi kenikmatan, dapat menghibur dan manusia tidak dapat terpisahkan oleh
seni. Salah satu cabang seni yaitu seni tari. Dilihat dari mediumnya, seni tari
mengungkapkan perasaan manusia
menggunakan media gerak tubuh serta didukung oleh unsur-unsur pendukung
diantaranya musik tradisional dan musik modern.
Tiap daerah mempunyai seni
tradisional,seni tari tradisional merupakan tari yang berkembang disuatu daerah
tertentu dengan gaya sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing.Ada
beberapa jenis seni tradisional dari berbagai etnik. Diantaranya etnis arek,
Etnis Pandhalungan, Etnis Banyuwangi, dan etnis mataraman. Setiap daerah yang
mempunyai tradisi dan karakteristik manusia yang hampir sama digolongkan
menjadi satu etnis.Sidoarjo dan Surabaya merupakan daerah yang berdekatan
sehingga termasuk dalam daerah etnis arek..
Disini
penulis akan menyampaikan asal mula seni tari, alkisah tersebutlah
pada akhir abad ke-12 setelah keruntuhan kerajaan singosasari akibat
pemberontakan yang dilakukan oleh Jayakatwang dari Kediri maka pergilah Raden
Wijaya bersama Tribuaneswari yang merupakan putri sulung dari kerajaan
Singosasari sumenep Madura untuk meminta bantuan Arya Wiraraja.
Dalam perjalanan ke Sumenep Raden Wijaya dan
Tribuaneswari bersama Lembu Suro dan pengikutnya. Sesampainya di Sumenep, Raden
Wijaya mengatur sisaat untuk menaklukkan Jayakatwang. Akhirnya Raden Wujaya
menyampaikan kepada Arya Wiraraja bahwa ia berpura-pura menyerah dan mengabdi
kepada Jayakatwang. Dan sisaat itu pun disetujui oleh Arya Wiraraja. Maka
berangkatlah Raden Wijaya ke Kediri beserta para pengikutnya. Sedangkan
Tribuaneswari ditinggal dan dititipkan kepada Arya Wiraraja di Sumenep.
Hari demi hari perjalana Raden Wijaya sampailah di sebuah
tempat untuk beristirahat dan singgah beberapa saat di tempat itu. Di tempat
persinggahan itulah Raden Wijaya konon menceritakan kepada 5 orang pengikutnya
yaitu Mbah Bronto, Mbah Peltik, Mbah Demang, Mbah Soda, dan Mbah Mojo bahwa
yang mereka singgahi itu adalah daerah “Pademi Negari” yang berarti pondasinnya
suata negri. Sebab menurut crita Raden Wijaya bahwa daratan yang muncul pertama
kali di tengah-tengah sungai yang luas adalah tempat mereka bersinggah saat
ini. Dan daratan tersebut makin taun makin luas sehingga membentuk sebuah delta
sampai sekarang ini dna daratan tersebut diapit oleh 2 sungai yaitu Sungai Mas
(Surabaya) & Sungai Porong.
Di tempat persinggahan itulah Raden Wijaya memerintahkan
kepada 5 pengikutnya untuk tinggal di daerah tersebut. Dan sebelum Raden Wijaya
melanjutkan perjalanan ke Kediri bersama pengikutnya, Raden Wijaya menitipkan
seekor gajah kepada kelima pengikutnya untuk sementara (seuntoro) waktu dan
Raden Wijaya melanjutkan melanjutkan perjalanan ke Kediri.
Gajah tersebut diletakkan disebelah utara perbatasan yang
masih banyak rawa-rawanya. Dikarenakan ditempat tersebut tidak terdapat rumput
sehingga gajah tersebut merasa kelaparan dan kelimpungan (jalan oleng). Karena
hal tersebut diketahui oleh penduduk, maka tersebutlah kata Gajah Oleng.
Sehingga daerah tersebut dinamakan Gajah Oleng. Sedangkan daerah sebelah Gajah
Oleng diberi nama Sumantoro yang artinya sementara (seuntoro) dan desa yang
ditempati kelima pengikut Raden Wijaya diberi nama Pademi Nagari. Dan seiring
berjalannya waktu desa tersebut bernamma Pademonegoro. Sedangkan Gajah Oleng
merupakan bagian dari desa Pademonegoro.
1.Merupakan wahana untuk mengembangkan kreativitas seni
2.Merupakan wujud apresiasi dalam penciptaan karya seni
Tarian ini merupakan tarian yang diciptakan pada ekstra kurikuler tari di SMPN 2 Sukodono.
Tari Gajah Oling yang diciptakan di ekstra kurikuler tari merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari karya sastra (peribahasa) yang ada di daerah pertanian Sidoarjo. Menceritakan bahwasanyai dalam bahasa Jawa terdapat istilah Adigang, Adigung, dan Adiguna. Menurut filosofi Jawa, orang tidak boleh memiliki ketiga sifat tersebut. Adigang dari segi bahasa berarti orang yang memiliki kelebihan kekuatan dan kekuasaan; memegang satu kendali yang ada di masyarakat.
Kegiatan eksta tari SMPN 2 Sukodono