MENGHARGAI PERBEDAAN


MENGHARGAI PERBEDAAN

Oleh : SRINDANINGSIH

Jika kita meluaskan pandangan. Bila kita mau membuka lebar-lebar wahana berpikir kita. Alangkah bijaknya kita bila setiap hari membuka cakrawala seluas mungkin, pasti kita akan menjadi orang terbaik untuk menghargai perbedaan. 

Pada Kurikulum Merdeka, yang membuat kita salut adalah adanya pandangan menghargai perbedaan yang digulirkan di dalamnya. Istilah defrensiasi  yang selalu digaungkan, di titikberatkan untuk melakukan pembelajaran terdefrensiasi, sebenarnya ejawantah dari menghargai perbedaan diantara kita ini.

Di lapangan masih banyak orang, masyarakat bahkan para guru yang belum bisa menghargai perbedaan diantara kita ini. Pengalaman penulis ketika masih aktif di dunia pendidikan. Salah seorang guru menegur :

“Mengapa Ibu tidak pernah menghukum siswa-siswa Ibu yang nakal, mereka gaduh dikelas tidak pernah dihukum?”

“Maaf Ibu, saya sebenarnya sama dengan Ibu yaitu tidak suka dan marah ketika siswa kita tidak sadar belajar. Jika Ibu marah dan mengomel pada mereka ketika mereka tidak menghiraukan pelajaran, tapi saya berbeda cara marahnya. Saya cukup menasehati mereka, tidak mengungkapkan marah secara emosional. Jika mereka dinasehati tidak mau, maka mereka saya beri cerita yang bisa menggugah nafsu belajarnya. 

Bila cerita usai, mereka masih belum bisa mengikuti pelajaran dengan baik maka saya akan sajikan motivasi yang kira-kira bisa menyemangati belajar mereka. Jalan pamungkas saya adalah membacakan kitab suci, saya bacakan firman atau kalam Allah. Namun, bila hati mereka tidak tergerak juga maka saya akan diam. Diam saya, untuk memancing kesadaran terdalam di hati mereka. Nah, itulah cara marah saya pada siswa. Marah saya memiliki cara berbeda dengan Ibu. Saya tahu, bahwa saya tidak bisa meniru cara marah Ibu yang meledak-ledak itu. Sebaliknya Ibu tidak bisa marah ala saya seperti itu”

Cara marah orang itu pun ada perbedaan, mengelola pelanggaran siswa pun setiap guru itu beda. Anda tidak boleh menuntut mereka, agar teman sejawat anda marah yang sama modelnya dengan anda.  Disemua bentuk kehidupan selalu ada diferensiasinya, kita harus benar-benar luas pandang disinilah yang harus kita tekankan dan disadari secara mendalam supaya tidak terjadi salah paham, sengketa atau lebih dasyat lagi. Adanya perbedaan-perbedaan harusnya dimengerti dan bisa kita makhlumi.

Pernah suatu kali, penulis ditegur teman sejawat :

“Saya amati anda mengajar, setiap kali tidak ada jejak tulisan Ibu di papan tulis”

Teman sejawat ini selalu mengajar di kelas sebelah, dimana penulis juga mengajar dengan bidang studi yang berbeda. Beliau selalu mengamati diam-diam penulis sedang mengajar tanpa setahu penulis.

“Maaf Bu, kita berbeda style. Andai Ibu berwarna merah dan saya berwarna kuning. Ibu tidak bisa meniru saya menjadi berwarna kuning. Sebaliknya saya juga tidak bisa meniru Ibu menjadi berwarna merah. Jadi Ibu tak perlu mendesak saya untuk menjadi seperti Ibu yang selalu berwarna merah hingga sama dengan Ibu. Ibu pun tidak bisa meniru gaya saya mengajar, Ibu tidak mungkin bisa meniru saya menjadi berwarna kuning”

Teman sejawat sang penulis ini, wawasannya kurang luas. Beliau tidak mengeterapkan pandangan tentang diferensiasi sehingga selalu sibuk mengkritik orang lain. Beliau selalu meluangkan waktunya yang buka ranah untuknya. Perbedaan tidak sekadar hanya kata saja, tapi bisakah kalian berbesar hati menerima perbedaan-perbedaan yang kita temui dikalangan kita. Perbedaan bukan untuk disengketan. Perbedaan-perbedaan yang ada diseliling kita. Perbedaan itu dihalalkan . Perbedaan bukanlah di haramkan, apabila dalam koridor urusan keduniaan. Perbedaan itu hal biasa. Banyak sekali perbedaan-perbedaan diantara kita. Ayo kita bersinergi dengan perbedaan yang kita miliki! Ayo kita berkolaborasi dengan kelebihan kita masing-masing! Ayo bekerja sama mencapai tujuan mulia dan semua jenis kemajuan dengan talenta yang kita miliki masing-masing. Perbedaan bukan diperdebatkan, perbedaan untuk melakukan segala tindakan kemajuan bersama

Previous Post Next Post