Oleh:
Abdullah Makhrus (Guru SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo)
Menghafal dan memurajaah Al-Quran merupakan amalan mulia bagi umat Islam. Namun, proses ini seringkali menjadi tantangan bagi siswa, ditandai dengan rendahnya motivasi dan kesulitan dalam mengikuti metode pembelajaran yang seragam. Berangkat dari permasalahan ini, Abdullah Makhrus, seorang guru di SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo, mengembangkan sebuah inovasi pembelajaran bernama MUMASE (Murajaah Makin Seru). Inovasi ini berfokus pada diferensiasi proses pembelajaran menghafal dan murajaah Al-Quran melalui media permainan interaktif.
Pengamatan mendalam terhadap pembelajaran tahfidz mengungkap beberapa permasalahan krusial. Pertama, motivasi yang rendah. Metode murajaah konvensional yang monoton, seperti pengulangan hafalan di depan guru atau membaca berulang-ulang tanpa variasi, seringkali menimbulkan kebosanan dan tekanan pada siswa. Murajaah dirasakan sebagai beban, bukan kegiatan yang menyenangkan.
Kedua, perbedaan gaya belajar. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda (visual, auditori, kinestetik). Metode pembelajaran yang seragam kurang efektif mengakomodasi perbedaan ini, sehingga beberapa siswa kesulitan menyerap materi.
Ketiga, tingkat kemampuan yang beragam. Terdapat perbedaan kecepatan dan daya ingat antar siswa. Pembelajaran yang tidak terdiferensiasi dapat membuat siswa yang cepat merasa bosan, sementara yang lambat merasa tertinggal. Keempat, kurangnya interaksi dan kolaborasi. Pembelajaran tahfidz seringkali bersifat individual, padahal interaksi dengan teman dapat memberikan manfaat besar dalam proses pembelajaran.
Kondisi-kondisi inilah yang mendorong pengembangan MUMASE sebagai solusi inovatif untuk meningkatkan motivasi, mengakomodasi perbedaan gaya belajar dan kemampuan, serta memfasilitasi interaksi antar siswa.
Tantangan Implementasi dan Aksi yang Dilakukan
Implementasi MUMASE juga menemui beberapa tantangan, antara lain: persiapan media yang membutuhkan waktu dan kreativitas, pengelolaan kelas yang terdiferensiasi, adaptasi siswa terhadap metode baru, dan ketersediaan sumber daya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa aksi dilakukan:
- Perancangan dan pengembangan media MUMASE: Media ini terdiri dari papan permainan, kartu surah, kartu angka, dan kartu petualangan. Aturan permainan dirancang agar siswa belajar sambil bermain.
- Penerapan diferensiasi proses:
- Diferensiasi berdasarkan kesiapan belajar: Siswa dapat memilih surah yang akan dimurajaah sesuai kemampuan.
- Diferensiasi berdasarkan minat: Kartu petualangan berisi tantangan dan aktivitas yang bervariasi, termasuk pilihan surah, sehingga siswa dapat memilih sesuai minat.
- Diferensiasi berdasarkan gaya belajar: MUMASE mengakomodasi berbagai gaya belajar. Siswa visual melihat papan dan kartu, siswa auditori mendengarkan bacaan ayat, dan siswa kinestetik bergerak menggerakkan pion.
- Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran: Siswa dilibatkan dalam pembuatan komponen media dan penentuan aturan permainan.
- Memberikan pendampingan dan bimbingan individual: Bimbingan individual diberikan kepada siswa yang membutuhkan bantuan.
Aturan Permainan MUMASE
Permainan dimulai dari titik START, dilanjutkan dengan hompimpa sambil mengucapkan “Ku Ingin Jadi Anak Saleh” untuk menentukan urutan. Pemain memilih kartu surah sesuai kemampuan, mengambil dua kartu angka, melakukan operasi hitung (+, -, x, :) dan membacakan ayat sebanyak hasil hitungan, lalu menggerakkan pion sesuai angka tersebut. Jika lupa ayat, pemain boleh melihat Al-Quran tetapi harus mundur satu langkah. Berhenti di lingkaran “Ambil Kartu Petualangan” berarti pemain harus mengambil dan melakukan perintah di kartu tersebut. Pemain yang mencapai FINISH pertama adalah pemenangnya.
Dampak Positif dan Refleksi
Implementasi MUMASE memberikan dampak positif yang signifikan:
- Peningkatan Motivasi: Siswa lebih antusias dan bersemangat dalam murajaah. Suasana kelas berubah menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
- Peningkatan Hasil Belajar: Rata-rata nilai hafalan meningkat signifikan, mencapai rata-rata 91,3. Ini menunjukkan efektivitas metode pembelajaran yang interaktif.
- Suasana Belajar yang Lebih Menyenangkan dan Interaktif: Pembelajaran individual berubah menjadi kolaboratif, siswa saling berinteraksi dan membantu.
- Respon Positif dari Siswa dan Orang Tua: Siswa menikmati murajaah dengan MUMASE dan merasa lebih termotivasi. Orang tua juga memberikan dukungan positif.
Faktor keberhasilan strategi ini adalah desain media yang menarik, penerapan diferensiasi proses, keterlibatan siswa, dan dukungan dari sekolah. Pembelajaran yang dapat diambil adalah pentingnya inovasi dalam pembelajaran agama, di mana diferensiasi proses dan media yang tepat dapat meningkatkan efektivitas dan motivasi belajar.
Permainan MUMASE membuktikan efektivitas diferensiasi proses melalui media permainan dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar tahfidz Al-Quran. Praktik baik ini diharapkan dapat diadaptasi oleh guru lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan. Pengembangan MUMASE juga akan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan mengakomodasi kebutuhan siswa. Inovasi ini memberikan dampak positif yang signifikan dan layak untuk dikembangkan lebih lanjut.