“Para penulis pemula umumnya dihinggapi persoalan psikologis saat hendak menulis. Misalnya rasa takut, malu, tidak pede, merasa tulisan belum bagus, dan sejumlah alasan lainnya. Jika persoalan semacam ini terus dipelihara, maka yakinlah seumur hidup Anda tidak akan berhasil menulis.” (Prof. Ngainun Naim)
YA, begitulah kenyataan yang sering dikeluhkan oleh mereka yang belum berani menulis. Salah satu alasan itu, tentu akan menjadi poin pembenaran terhadap pilihan kita yang belum menulis hingga sekarang.
Alasan lain yang "kelihatannya" cocok adalah alasan kesibukan. Padahal, ketika tidak sibuk pun, kita masih asyik dan disibukkan dengan aktivitas scroll-scroll tiada henti ketika menghadap layar sosial media kita. Mulai Instagram, TikTok, Facebook,Youtube, Twitter, atau aneka tayangan hiburan lainnya.
Jika kita mencari waktu luang untuk menulis, tak akan pernah kita dapatkan karena setiap hari kita akan didera kesibukan yang tak berkesudahan. Karenanya, luangkan waktu untuk menulis, jangan menunggu ada waktu luang untuk menulis karena rasanya kita akan kesulitan untuk mendapatkannya.
Jika kita masih bersikukuh, tak sempat menulis karena alasan kesibukan. Ada baiknya membaca buku guru saya Abah Khoiri, yang berjudul "Sopo Ora Sibuk" di atas. Cobalah membacanya, semoga Anda akan mendapatkan pencerahan dan insight menarik dari buku ini.
Karena itu, solusi agar kita bisa menulis sebenarnya cuma satu. Mulailah menulis sekarang. Ya, sekali lagi, mulailah menulis sekarang. Setidaknya tuliskan judul tulisan atau sekadar menulis satu paragraf sebagai pemantik awal, agar nanti ada upaya untuk melanjutkan menjadi tulisan yang utuh.
Mau menulis apa? Tuliskan apa saja yang kita lihat, dengar, rasakan, bahkan yang sedang kita imajinasikan. Mulai amati apa saja yang ada di sekeliling kita. Akan selalu ada yang bisa dituliskan, asalkan bahan bacaan atau informasi sebelumnya sebagai bahan tulisan sudah kita dapatkan. Jika pun tak ada, kita bisa mulai berselancar di dunia maya sekadar untuk mengeksplor lebih dalam tentang apa yang akan kita tuliskan.
Sebagai contoh, saat kita melihat hujan. Kita bisa menuliskan pantun, asal usul hujan, mengapa ada hujan, apa manfaat hujan, apa dampak hujan, dan apa saja hikmah saat terjadi hujan.
Memelajari lebih mendalam tentang hujan tentu akan membuat kita makin dekat dengan Sang Pencipta. Mensyukuri nikmat hujan yang tiada tara, saat kita belajar di balik setiap peristiwa yang terjadi di alam semesta.
Ingatlah pesan cinta ilahi:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka." (QS. Ali Imran: 190-191).
Karena itu, alasan apa lagi yang menghalangi kita untuk memulai menulis? Rasanya tak ada alasan lagi yang pas untuk menjadi penghalang. Jangan sampai kita mendapati anekdot jawa yang menyebutkan,
“Sak ombo-ombone alas, ijik luwih ombo alasan (seluas luasnya hutan, masih lebih luas alasan)”😁
Masih punya alasan untuk tidak menulis?